18 September 2008

LAYLATUL QADR

Di bulan Ramadhan selain shiyam dan shalat taraweh, ada lagi yang lebih menghebohkan yaitu Laylatul Qadr. Laylatul Qadr dianggap sebagai satu malam yang luar biasa yang datangnya tidak seperti malam-malam biasa. Ada yang sengaja begadang untuk menunggu datangnya karena percaya bahwa keutamaan malam itu akan memberikan pahala dan ampunan semua dosa-dosanya yang berlalu.
Menurut riwayat dari Ibnu Umar ada beberapa sahabat yang memimpikan bahwa malam Laylatul Qadr itu datang tujuh malam bulan Ramadhan akhir, sehingga akhirnya Rasulullah Muhammad menganjurkan untuk mencari dan memperhatikan Laylatul Qadr pada tujuh malam terakhir bulan Ramadhan (Muttafaq 'alaih), sedangkan berbeda dengan yang diriwayatkan oleh Siti Aisyah bahwa Rasulullah Muhammad memerintahkan untuk mencari Laylatul Qadr pada sepuluh malam akhir bulan Ramadhan (Muttafaq 'alaih). Sepuluh malam akhir bulan Ramadhan diperkuat dengan pernyataan bahwa Rasulullah Muhammad pada waktu-waktu yang lain tidak melaksanakan ibadah dengan sungguh-sungguh kecuali pada bulan Ramadhan dan Beliau lebih sungguh-sungguh pada sepuluh akhir malam bulan Ramadhan (HR. Muslim).

Ada yang perlu diperhatikan pada riwayat-riwayat itu. Yang benar tujuh malam terakhir atau sepuluh malam terakhir? Dan yang tak kalah menariknya adalah, benarkah seorang Rasulullah Sang Tauladan yang baik yang sangat cintanya kepada Allah akan perhitungan dalam melaksanakan ibadah yaitu dengan tidak sungguh-sungguh melaksanakan ibadah kecuali hanya di bulan Ramadhan? Kalau memang demikian, pantas umat Islam seperti itu juga. Mereka hanya giat beribadah pada bulan Ramadhan saja.


APAKAH LAYLATUL QADR?


Di dalam Al Qur'an disebutkan kata layl (malam) dengan pola kata layl, laylan, laylat, laylahaa, layaalin, dan layaalii sebanyak 92 kali, 49 surat dan 81 ayat. Yaitu:

1. Surat 2 ayat 51, 164, 187, 274.
2. Surat 3 ayat 27, 113, 190.
3. Surat 6 ayat 13, 60, 76, 96.
4. Surat 7 ayat 54 dan 142.
5. Surat 10 ayat 6, 24, 27, dan 67.
6. Surat 11 ayat 81 dan 114.
7. Surat 13 ayat 3 dan 10.
8. Surat 14 ayat 33.
9. Surat 15 ayat 65.
10. Surat 16 ayat 12.
11. Surat 17 ayat 1, 12, 78, 79.
12. Surat 19 ayat 10.
13. Surat 20 ayat 130
14. Surat 21 ayat 20, 33, dan 42.
15. Surat 22 ayat 61.
16. Surat 23 ayat 80.
17. Surat 24 ayat 44.
18. Surat 25 ayat 47 dan 62.
19. Surat 27 ayat 86
20. Surat 28 ayat 71, 72, dan 73.
21. Surat 30 ayat 23.
22. Surat 31 ayat 29.
23. Surat 34 ayat 18 dan 33.
24. Surat 35 ayat 13.
25. Surat 36 ayat 37 dan 40.
26. Surat 37 ayat 138.
27. Surat 39 ayat 5 dan 9.
28. Surat 40 ayat 61.
29. Surat 41 ayat 37 dan 38.
30. Surat 44 ayat 3 dan 23.
31. Surat 45 ayat 5.
32. Surat 50 ayat 40.
33. Surat 51 ayat 17.
34. Surat 52 ayat 49.
35. Surat 57 ayat 6.
36. Surat 69 ayat 7.
37. Surat 71 ayat 5.
38. Surat 73 ayat 2, 6, dan 20.
39. Surat 74 ayat 33.
40. Surat 76 ayat 26.
41. Surat 78 ayat 10.
42. Surat 79 ayat 29.
43. Surat 81 ayat 17.
44. Surat 84 ayat 17.
45. Surat 89 ayat 2 dan 4.
46. Surat 91 ayat 4.
47. Surat 92 ayat 1.
48. Surat 93 ayat 2.
49. Surat 97 ayat 1, 2, dan 3.

Hanya ada 2 buah isim ma'rifat dengan kata layl dalam keadaan idhafat yaitu:

* Laylatash Shiyaam yang artinya Malam Shiyam (QS. 2 ayat 187)
* Laylatul Qadr yang artinya Malam Qadr (QS. 97 ayat 1-3)

Laylatash Shiyam adalah malam shiyam di bulan Ramadhan. Bulan yang seluruh Mu'minin ditetapkan untuk melaksanakan shiyam dengan menahan segala hasrat hati baik yang zhahir maupun yang batin. Waktunya dan hitungannya telah ditentukan 29-30 hari (Ayyaaman Ma'duudaat).

Laylatul Qadr adalah Malam Qadr. Qadr berasal dari Bahasa Arab dengan tasrif Qadara, yaqdiru, qadran, dst... Qadrun artinya Derajat, kekuasaan, kekuatan, kadar (ketentuan/ukuran). Laylatul Qadr bisa diartikan sebagai malam ketentuan, malam kekuasaan, dan malam derajat. Malam Qadr telah dijelaskan di dalam Al Qur'an dalam surat 97 ayat 1-5 yaitu:

1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam Qadr.
2. Dan tahukah kamu apakah malam Qadr itu?
3. Malam Qadr itu lebih baik dari seribu bulan.
4. Pada malam itu turun malaikat dan Ruh dengan izin Rabb mereka dari setiap urusan.
5. Keselamatan dia sampai terbit fajar.

Untuk mengkaji Surat 97 ayat 1-5 tentang Laylatul Qadr, marilah kita perhatikan penjelasan surat 44 ayat 1-9 yang bunyinya:

1. Haa Miim
2. Demi Kitab yang menerangkan
3. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam yang diberkahi. Sesungguhnya Kami adalah yang memberi peringatan.
4. Pada malam itu dipecahkannya tiap-tiap urusan yang penuh hikmah,
5. (yaitu)urusan dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah yang mengutus rasul-rasul.
6. , sebagai rahmat dari Rabb engkau. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
7. Rabb langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya jika kamu orang-orang yang yaqin.
8. Tidak ada Tuhan kecuali Dia Yang menghidupkan dan mematikan. Rabb-mu dan dan bapak-bapakmu yang terdahulu.
9. Tetapi mereka bermain-main dalam keraguan.

Pada ayat ke-2 surat 44 menjelaskan bahwa Al Qur'an adalah Kitab yang menerangkan.
Pada ayat ke-3 Allah menjelaskan bahwa Al Qur'an diturunkan pada suatu malam yang diberkahi. Malam apa? Keterangan tentang malam ini masih gelap (nakirah) dan penjelasannya ada di surat 97 ayat 1 bahwa suatu malam yang diberkahi yang dimaksud adalah Malam Qadr
Pada ayat ke-2 surat 97, Allah bertanya kepada kita tentang Malam Qadr dan menjawabnya pada ayat ke-3 dengan nilai perbandingan malam itu dengan seribu bulan. Apabila kita membaca sepintas, kita akan mulai menghitung berapa tahun nilainya malam itu dengan membaginya 12 bulan (1000 : 12) dan hasilnya woow.. 83 4/12 atau 83 1/3 tahun. Coba kita bayangkan nilai ibadah satu malam ukurannya 83 tahun lebih, bagaimana kita akan keberatan dan tidak tertarik untuk bergadang menunggunya. Lumayan kan, dua Ramadhan saja kita kerjakan nilainya 166 tahun lebih..Pantas saja orang lebih mementingkan ibadah di bulan Ramadhan ketimbang pada bulan-bulan yang lain.

Tentang penyebutan angka ribuan (1.000, 2.000, 3.000, 5.000,50.000, dan 100.000) di dalam Al Qur'an:

* Menginginkan umur seribu tahun (QS. 2 ayat 96)
* Allah mengirim bantuan dengan seribu malaikat (QS. 8 ayat 9)
* Seribu orang yang sabar bisa mengalahkan dua ribu orang. (QS. 8 ayat 65-66)
* Satu hari di sisi Allah seperti seribu tahun dari apa yang kamu hitung (QS. 22 ayat 47).
* Dia (Nuh) ada di tengah kaumnya seribu tahun kurang 50 tahun. (QS. 29 ayat 14)
* Naik urusan kepada Allah dalam satu hari yang ukurannya seribu tahun dari apa yang kamu hitung (QS. 32 ayat 5).
* Allah mengutus Yunus kepada seratus ribu orang atau lebih (QS. 37 ayat 147).
* Naik malaikat dan Ruh kepada Allah dalam satu hari yang ukurannya lima puluh ribu tahun (QS. 70 ayat 4).
* Malam Qadr lebih baik dari seribu bulan (QS. 97 ayat 2).
* Allah membantu dengan tiga ribu malaikat (QS. 3 ayat 124).
* Allah membantu dengan lima ribu malaikat (QS. 3 ayat 124)
* Perhatikan orang yang keluar dari rumah yang jumlahnya beribu-ribu. (QS. 2 ayat 243)

Angka seribu selalu Allah gunakan sebagai nilai perbandingan tertinggi untuk mengatakan suatu jumlah yang banyak. Yang pada hakekatnya adalah mengajak untuk berfikir tentang pesan-pesan yang terkandung di dalamnya. Seperti:
Umur seribu tahun bukan artinya kebanyakan orang itu meminta umur sebanyak itu, melainkan umur yang panjang.
Bantuan Allah berupa 1.000, 3.000, dan 5.000 malaikat adalah sebagai busyra (kabar gembira) buat orang-orang yang beriman agar bersemangat. Hal yang sebenarnya terjadi adalah, Allah mampu menolong lebih daripada itu bahkan sendirianpun tanpa bantuan para malaikat Allah mampu membantu orang-orang yang beriman.
Sekian banyak nabi dan rasul, Allah hanya menyebutkan lama Rasulullah Nuh tinggal pada kaumnya dan tidak menyebut lamanya tinggal nabi-nabi yang lain. Penyebutan itu bertujuan untuk menerangkan bahwa begitu ingkarnya kaumnya dan betapa sabarnya Beliau. Hampir seribu tahun nabi Nuh menyeru kaumnya, tapi hasilnya kebanyakan mereka mengingkari Beliau hingga akhirnya datang banjir besar.
Betapa kuasa-Nya Allah, Malaikat dan Ruh naik dengan izin Allah waktu yang dibutuhkan cuma semalam yang mempunyai kadar waktu 50.000 tahun hitungan manusia.
Urusan Allah naik kepada Allah kadar waktu yang dibutuhkan satu hari yang ukurannya seribu tahun hitungan manusia. Kesimpulannya, bahwa Allah itu Maha Kuasa, Maha Menggerakan dan Maha Tinggi. Apa yang diberikan selalu yang terbaik dan tertinggi.

Laylatul Qadr yang dinyatakan sebagai lebih baik dari seribu bulan adalah penjelasan Allah tentang waktu ketika Al Qur'an itu turun, malam itu nilainya lebih baik dari seribu bulan. Pada saat itu, semua malaikat dan Ruh turun dengan membawa segala urusan dan perintah Allah dan pada saat itu dijelaskan semua urusan yang penuh hikmah dan diutusnya seorang rasul membawa peringatan sebagai rahmat dari Allah. Malam itu penuh keselamatan/kesejahteraan sampai terbit fajar. Tetapi pada akhirnya, Allah mengatakan bahwa umat Rasulullah lebih suka bermain-main dengan keraguan. Merasa tenang beragama mengikuti sesuatu yang tidak ada dasarnya di dalam Al Qur'an; sesuatu yang meragukan. Di antaranya adalah prasangka macam-macam tentang Laylatul Qadr.

Laylatul Qadr di dalam surat Al Qadr yang sebenarnya adalah, Allah hanya hendak menerangkan keberkahan mempelajari Al Qur'an dan melaksanakan isinya (QS. 38 ayat 29, 21 ayat 50) serta keselamatan bagi yang mengikuti petunjuk/huda-nya (QS. 20 ayat 47). Hal ini untuk menegaskan tentang keutamaan Al Qur'an, bahwa Al Qur'an bukanlah Kitab sembarangan. Allah menurunkannya dengan ilmu Allah, yang membawanya adalah Ruh Suci, turun pada malam yang diberkahi (Laylatun mubarak) dan malam kekuasaan (Laylatul Qadr), dan yang menyampaikannya adlah Rasulullah mulia yang mempunyai sifat Al Amin. Bukan malah menjadikan malam itu sebagai malam keramat yang menjadi suatu tradisi di dalam malam itu menunggu pahala dan ampunan yang bernilai seribu bulan. Apalagi dengan dalih sabda Rasulullah yang terekam oleh Abdus Syamsyi alias Abdur Rahman Ash Sahri atau yang lebih terkenal dengan sebutan Abu Hurairah (Bapak kucing).
Bahkan syarat shiyam pun dengan kalimat "Faman" dijelaskan setelah terlebih dahulu Allah menjelaskan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan turunnya Al Qur'an sebagai petunjuk, penjelasan, dan Furqan (QS. 2 ayat 185).

Jadi, apa yang kita fahami sekarang, menunggu Laylatul Qadr dengan prasangka jahiliyah yang tidak mendasar atau bersegera mempelajari dan mengamalkan isi Al Qur'an mulai dari Ramadhan hingga seterusnya?


Pujian itu kepunyaan Allah!

Tidak ada komentar: