29 November 2008

RASULULLAH MUHAMMAD

Berbagai macam buku menceritakan tentang sejarah Rasulullah Muhammad dan Nabi terakhir mulai dari kelahiran beliau, perjalanan beliau dalam menegakkan agama Allah hingga akhir hayatnya. Kita telah sama-sama ketahui bahwa cerita sejarah terkadang ada yang dikurangi dan ada yang dilebihi meskipun ada bukti yang menguatkan tetapi terkadang bukti-bukti itu bisa direkayasa. Ada kitab sejarah tertua yang menceritakan tentang sirah Rasulullah Muhammad seperti karangan Ibnu Ishaq tetapi beberapa ahli menolaknya. Entah apa alasannya, tidak sesuai dengan bukti sejarah ataukah tidak sesuai dengan keinginan mereka. Wallahu'alam.

Rasulullah Muhammad adalah nabi yang ummy yang namanya telah tertulis di dalam Taurat dan Injil yang beriman kepada Allah dan kalimat-kalimat-Nya :

Orang-orang yang mengikuti rasul itu, Nabi yang ummy yang mereka mendapatinya ditulis di sisi mereka di dalam Taurat dan Injil. Menyuruh dengan yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, menghalalkan untuk mereka yang baik-baik, mengharamkan atas mereka yang buruk-buruk, meletakkan dari mereka beban-beban mereka dan belenggu-belenggu yang ada atas mereka. Maka orang-orang yang beriman dengannya, menguatkannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang diturunkan bersamanya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. Katakanlah: “Hai manusia, sesungguhnya aku adalah Rasulullah kepadamu semuanya, Dia yang bagi-Nya kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan kecuali Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah dengan Allah dan Rasul-Nya, yaitu Nabi yang ummy yang beriman dengan Allah dan kalimat-kalimat-Nya dan ikutilah dia agar kamu mendapat petunjuk. (QS. 7 ayat 157-158)


Rasulnya adalah Nabi yang ummy dan diutus pada kaum yang ummy :

Dia yang telah membangkitkan pada orang-orang yang ummy seorang rasul dari bangsa mereka yang membacakan ayat-ayat-Nya atas mereka, membersihkan mereka, dan mengajarkan Kitab dan Hikmat. Dan sesungguhnya mereka adalah sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang terang, Dan yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Hakim. (QS. 62 ayat 2-3)

Ummy bukan artinya tidak tahu tulis baca, tetapi pengertian ummy menurut Al Qur’an adalah tidak pernah membaca, tidak pernah menulis, dan tidak mengetahui isi Kitab sebelumnya. Tidak pernah, bukan berarti tidak bisa.

Dan engkau tiadalah pernah membaca satu kitabpun sebelum Al Qur’an dan engkau tiadalah pernah menulisnya dengan tangan kanan engkau. Jika demikian, sungguh menjadi ragu orang-orang yang berpegang dengan yang bathil. (QS. 29 ayat 48)

Dan dari mereka ada orang-orang yang ummy, tidak mengetahui isi Kitab melainkan angan-angan. Dan mereka tidak lain hanyalah menyangka-nyangka. (QS. 2 ayat 78)

Dalam sejarah dikatakan bahwa Rasulullah Muhammad adalah seseorang yang tidak bisa membaca dan menulis dengan berdasarkan kata ummy yang ditujukan kepada beliau sehingga untuk menulis saja beliau menyuruh para sahabat-sahabatnya. Apakah benar demikian? Tidak. Rasulullah Muhammad adalah seorang jenius, keturunan dari bangsawan. Meskipun beliau yatim piatu ditinggal orang tua semenjak kecil, bukan berarti masa-masa remaja atau masa dewasanya tidak mengalami pendidikan informal. Bisa jadi pergaulannya dengan sahabat-sahabatnya dan sesama pedagang, membuatnya memiliki keinginan untuk membaca dan menulis. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilannya menjadi seorang pedagang yang hebat dan itu karena dua faktor, yaitu: kejujuran dan kepandaian. Menyuruh para sahabat menulis teks-teks Al Qur’an bukan berarti beliau tidak bisa menulis, karena memang seperti itulah Allah mengajarkan hambanya, yaitu dengan perantaraan kalam:

Bacalah dengan isma Rabb engkau yang menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, demi Rabb engkau yang paling mulia.
Yang mengajarkan dengan pena.
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak manusia ketahui. (QS. 96 ayat 1-5)


Isma artinya nama, sebutan, ajaran, system (isme).
Rasulullah Muhammad diajarkan membaca dengan isma Allah. Artinya, ayat Al Qur’an yang tertulis di hadapannya yang dibawa oleh malaikat Zibril diperintahkan untuk dibaca bukan sekedar membaca tetapi membaca dengan memahami kandungannya. Di antaranya adalah mengenal nama-nama Allah seperti Ar Rahman, Ar Rahim, atau sifat pengasih dan penyayang. Sehingga Al Qur’an hanya bisa dibaca atau dibacakan dengan dasar sifat pengasih dan penyayang yang harus ada bagi si pembaca, bukan sifat sombong atau memaksa. Seberapapun besarnya dan bagaimanapun hebatnya kita, asal muasal kita diciptakan tetaplah sama, berasal dari segumpal darah. Apabila kita ingin menjadi orang yang paling mulia, kita harus memahami isma-isma Allah. Allah mengajarkan manusia dengan pena atau tulisan dan dengan itu Dia mengajarkan manusia apa yang tidak dia ketahui.
Pena menjadi jawaban bagi abadinya dan dikenalnya suatu pengetahuan. Pena akan menjadi pengingat buat manusia yang lemah dan pelupa. Rasulullah Muhammad adalah abdi Allah yang cerdas dan tidak pelupa. Ketika beliau diperintahkan malaikat Zibril untuk membaca, beliau mengatakan, “Aku bukan seorang pembaca”. Tidak mau membacanya beliau bukan karena beliau tidak bisa membaca, tetapi beliau menolak dan protes karena tidak mau disebut sebagai kahin, seorang peramal ekstatik Arab yang mengaku fasih membaca nubuat-nubuat yang diilhamkan. Itu terlihat jelas saat beliau selesai membaca, beliau merasa ketakutan bahwa dirinya kini telah menjadi seorang kahin dan seorang yang majnun yang telah dikuasai jin atau mahluk-mahluk halus lainnya. Sehingga Allah berkata di dalam Al Qur’an:

Maka ingatkanlah! Dengan nikmat Rabb engkau, engkau bukanlah seorang kahin dan seorang yang majnun. (QS. 52 ayat 29)



PENYEBUTAN NAMA RASULULLAH MUHAMMAD



Di dalam Al Qur'an Allah hanya menyebut nama Rasulullah Muhammad sebanyak empat kali. Yaitu:


1. MUHAMMAD HANYALAH SEORANG RASUL SAMA SEPERTI RASUL-RASUL YANG LAIN


Dan Muhammad tidak lain adalah seorang rasul. Sungguh telah berlalu sebelumnya para rasul. Apakah jika dia wafat atau terbunuh, kamu akan berbalik ke belakang? Dan siapa yang kembali ke belakang, maka sekali-kali dia tidak dapat menyusahkan Allah sedikitpun. Dan kelak Allah akan memberi balasan orang-orang yang bersyukur. (QS. 3 ayat 144)

Rasulullah Muhammad hanyalah seorang rasul yang sebelumnya juga telah datang para rasul. Mereka saling menguatkan dan saling membantu. Setiap kali rasul yang diutus sesudahnya, pasti akan membawa perubahan dan perbaikan dalam menyampaikan risalah yang sama yaitu: Mengabdi kepada Tuhan Yang Satu dan tidak mempersekutukan apapun dengannya. Setiap kali rasul yang datang pasti membawa perubahan sesuai dengan zamannya. Syariat tidak berubah, tetapi pola pikirnya berbeda. Sesuai dengan zaman, bahasa, bangsa dan tingkat intelektual umatnya. Ketika Rasulullah Muhammad wafat, maka umatnya diperintah untuk melaksanakan syariat agama sesuai contoh berdasarkan pola pikir mereka dengan tuntunan Al Qur’an. Seperti halnya bagaimana Rasulullah belajar perjalanan para nabi sebelumnya untuk mengembangkan cara berfikirnya dalam menemukan kebenaran dan melaksanakan sesuai kemampuannya. Bukan mengikuti tradisi-tradisi lama yang ada tanpa mencari kejelasannya di dalam Al Qur’an. Apa yang Rasululullah Muhammad dapatkan dari tradisi turun temurun akan diluruskan dengan risalah yang dia bawa yaitu Al Qur’an. Apabila suatu tata cara ibadah ada perintahnya di dalam Al Qur’an akan tetap dia kerjakan dan apabila tidak ada perintahnya, dia akan tinggalkan. Jika Rasulullah adalah seorang yang jenius dan selalu mengajak umatnya untuk pandai dan melihat ke depan, bagaimana dengan umatnya setelah beliau wafat, maju ke depan menggali isi Al Qur’an sesuai dengan kehidupan zamannya atau malah balik ke belakang berpegang teguh kepada tradisi-tradisi usang yang dibuat oleh manusia yang mengatasnamakan Rasulullah Muhammad serta tidak tertarik untuk menggali isi Al Qur’an?



2. MUHAMMAD BUKANLAH BAPAKMU, TETAPI SEORANG RASUL DAN PENUTUP NABI.


Muhammad bukanlah bapak dari seorang laki-laki dari kamu dan akan tetapi Rasul Allah dan yang menutup para nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui tiap-tiap sesuatu. (QS. 33 ayat 40)


Ayat ini dahulu di hubungkan dengan peristiwa Zaid dan jandanya. Boleh menikahi isteri bekas anak angkat. Lalu apa kaitannya dengan sekarang? Apakah sekedar berkenaan dengan hukum pernikahan? Tidak. Pengertian Al Qur'an itu luas sekali. Coba simak ayat di bawah ini!


Maka apabila kamu telah menyelesaikan ibadah-ibadahmu, maka zikirlah kepada Allah seperti zikirmu kepada bapak-bapakmu atau lebih sangat zikirnya… (QS. 2 ayat 200)

Banyak orang mengartikan zikir sebagai mengingat nama Allah. Tetapi pada prakteknya zikir lebih diartikan dengan menyebut-nyebut nama Allah. Ada yang pelan-pelan dan ada berteriak-teriak seperti orang Arab zaman dahulu memanggil nama berhala-berhala mereka. Zikir apabila diartikan menyebut atau mengingat, di ayat tersebut Allah memerintahkan kita untuk menyebut atau mengingat nama-Nya seperti menyebut atau mengingat nama bapak-bapak kita. Rasulullah Muhammad bukanlah seorang bapak di antara kita. Dia hanyalah seorang rasul dan penutup para nabi. Jadi, kita tidak perlu lagi menyanjung-nyanjung atau memuji beliau sebagai seorang manusia, melainkan memuji dan menyanjungnya sebagai seorang rasul dan seorang nabi yang tugasnya hanya menyampaikan amanat Allah yaitu memuji dan menyanjung dengan cara beriman dan melaksanakan apa yang diperintahkan Allah di dalam risalah yang dibawa olehnya yaitu Al Qur'an.



3. IMAN DAN AMAL SALEH DASARNYA IMAN KEPADA APA YANG DITURUNKAN ATAS MUHAMMAD


Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh dan beriman dengan Al Qur'an yang diturunkan atas Muhammad dan itulah kebenaran dari Rabb mereka. Dia akan menghapus kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka. (QS. 47 ayat 2)

Beriman dan beramal saleh harus ada dasarnya, yaitu beriman kepada Al Qur'an. Melaksanakan ibadah harus ada perintah dan keterangannya di dalam Al Qur'an. Beriman artinya percaya dan kepercayaan itu bisa ada kalau kita telah mengenal terlebih dahulu. Bagaimana kita bisa disebut percaya kepada Al Qur'an kalau kita tidak mengenal isinya? Dan bagaimana kita bisa mengenal isinya kalau tidak menggali atau mempelajarinya? Beriman kepada Muhammad adalah beriman kepada yang dibawanya yaitu Al Qur'an. Untuk bisa beriman kepada Al Qur'an, kita harus mau menggali atau mempelajari apa yang terkandung di dalamnya.



4. CONTOH KEPRIBADIAN MUHAMMAD SEBAGAI RASUL DAN JUGA PENGIKUTNYA


Muhammad Rasul Allah dan orang-orang yang bersamanya bersikap tegas terhadap orang-orang kafir dan memiliki rasa sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka ruku', sujud mencari keutamaan dari Allah dan keridhaan-Nya. Tanda-tanda mereka pada diri mereka dari bekas-bekas sujud. Itulah perumpamaan mereka di dalam Taurat dan perumpamaan mereka di dalam Injil seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, lalu ia menguatkannya, lalu menjadi kekar, maka ia dapat berdiri tegak di atas batangnya, menyenangkan penanam-penanamnya agar orang-orang kafir kesal dengan mereka. Allah menjanjikan orang-orang yang beriman dan beramal saleh dari mereka, ampunan dan balasan yang besar. (QS. 48 ayat 29)

Rasulullah Muhammad dan orang-orang yang bersama dengannya mempunyai sifat yang lemah lembut. Mereka bukanlah orang-orang yang kasar, keras, sombong, suka mencela agama lain dan suka berperang. Mereka hanya berperang, ketika mereka terancam dan diperangi. Jihad mereka lebih difokuskan memberi bantuan kepada fakir, miskin, yatim, dan lain-lain. Mereka mengajak masuk ke dalam Islam dengan damai. Peperangan yang terjadi dahulu disebabkan karena zamannya memang harus dengan jalan perang. Meskipun demikian, mereka tidak segan-segan berbuat baik kepada siapa saja termasuk kepada yang berbeda agama, selama mereka tidak memerangi dan mengajak damai. Kerendahan hatinya dan kasih sayangnya sangat penuh terhadap sesama muslim. Dan pribadi mereka terdidik dari shalat dan sujud yang mereka kerjakan. Kerukunan mereka membuat kekuatan, tetapi sebaliknya orang-orang yang kafir menjadi kesal setiap saat melihat kerukunan mereka. Bagaimana dengan umat Islam sekarang?
Dan satu ayat lagi di bawah ini yang dikaitkan dengan Rasulullah Muhammad tentang perkabaran beliau yang dikabarkan oleh Rasulullah Isa yang akhirnya dibelokkan oleh orang yang mengklaim bahwa ayat itu ditujukan buat dirinya sebagai nabi terakhir dengan nama "Ahmad" bukan untuk "Muhammad". Sehingga Rasulullah Muhammad dikatakan bukan nabi terakhir, tetapi dirinyalah nabi terakhir.

Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku Rasul Allah kepadamu yang membenarkan Kitab Taurat yang datang sebelumku dan memberikan kabar gembira dengan seorang rasul yang akan datang sesudahku 'namanya Ahmad'. Maka tatkala dia datang kepada mereka dengan keterangan-keterangan, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata". (QS. 61 ayat 6)


Terjemahan di atas mengartikan Ahmad sebagai nama orang (isim alam). Lalu bandingkan dengan terjemahan yang kedua:


Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku Rasul Allah kepadamu yang membenarkan Kitab Taurat yang datang sebelumku dan memberikan kabar gembira dengan seorang rasul yang akan datang sesudahku 'namanya paling terpuji'. Maka tatkala dia datang kepada mereka dengan keterangan-keterangan, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata". (QS. 61 ayat 6)


Ayat ini lebih tepat diartikan ahmad sebagai isim tafdhil yang menunjukkan komparatif (perbandingan) yang artinya: "Paling terpuji" daripada hanya diartikan sebagai isim alam (nama orang). Kalau diartikan sebagai nama orang tidaklah salah, tetapi untuk lebih memfokuskan kepada sifat beliau sebagai seorang Rasul dan hanya satu, maka kita gunakan Ahmad sebagai isim tafdhil. Nama beliau tetap Muhammad, tetapi dalam kerasulannya, Rasulullah Isa memberikan kabar gembira dengan kedatangan Muhammad sebagai seseorang yang mempunyai akhlak paling terpuji di antara kaumnya dengan kiasan ucapan "namanya (sebutannya) paling terpuji" atau ajaran yang dibawanya dengan ucapan "Ismenya paling terpuji" yang berarti ajaran Al Qur'an yang akan dibawanya menjadi ajaran paling terpuji. Untuk isme mungkin kita akan mengatakan isme itu adalah bahasa abad sekarang bukan bahasa Arab. Tetapi kita harus ingat dengan perkataan Allah, bahwa Al Qur'an adalah peringatan untuk dahulu dan yang bersama dengannya (sekarang atau masa nanti). (QS. 21 ayat 24). Semua ajaran yang dibawa oleh para rasul adalah sama dan semuanya baik. Tetapi Al Qur'an adalah Kitab terakhir yang terbaik yang membenarkan dan menguji semua kitab-kitab yang sebelumnya. Semua diperintahkan untuk kembali kepada Al Qur'an.



YAHUDI DAN NASRANI



Orang-orang Arab mempunyai mitra dagang orang Yahudi dan Nasrani. Mereka (Yahudi dan Nasrani) sering sekali mencap orang Arab sebagai orang barbar yang tidak memperoleh wahyu dari Tuhan dibandingkan mereka yang mempunyai pengetahuan tentang itu. Yahudi dan Nasrani adalah dua golongan besar yang sering Allah sebutkan di dalam Al Qur’an. Nama itu disebut-sebut oleh mereka sebagai agama selain daripada Islam. Tetapi ada yang perlu kita ketahui bahwa agama yang sebenarnya yang dibawa oleh para nabi dan rasul adalah Islam. Berasaskan millah murni Rasulullah Ibrahim, Islam menjadi agama buat seluruh manusia.

Dan berjihadlah kamu dengan jihad yang sebenarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia tidak menjadikan di dalam agama satu kesempitan atas kamu. Millah bapakmu Ibrahim. Dia telah menamai kamu orang-orang muslim dari sebelumnya dan di dalam Al Qur'an ini. Supaya rasul menjadi saksi atasmu dan kamu menjadi saksi atas manusia. Maka dirikanlah shalat dan berikanlah zakat dan berpegang teguhlah dengan Allah. Dia adalah pelindungmu, maka Dia sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. (QS. 22 ayat 78)


Islam adalah agama universal yang diridhai oleh Allah buat semua alam termasuk manusia, sedangkan Yahudi dan Nasrani adalah agama lokal yang dibuat oleh mereka dan hanya berlaku pada umat atau bangsa tertentu. Allah hanya mengakui mereka sebagai bangsa atau golongan bukan sebagai agama. Rasulullah Muhammad diperintahkan oleh Allah untuk mengatakan kepada umatnya agar beriman kepada ajaran para nabi, menjadi Islam kepada Allah dan tidak membeda-bedakan para nabi. Apabila ada yang mencari agama selain Islam, maka Allah tidak akan menerima amal perbuatannya yang dikerjakan tanpa dasar agama tersebut.

Sesungguhnya Agama di sisi Allah adalah Islam. Dan tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab melainkan sesudah datang ilmu kepada mereka karena kedengkian di antara mereka. Dan siapa yang kafir dengan ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (QS. 3 ayat 19)

Maka apakah selain agama Allah yang mereka cari, padahal kepada-Nya menjadi Islam yang di langit dan di bumi dengan kerelaan ataupun terpaksa dan kepada-Nya mereka akan dikembalikan.
Katakanlah (Hai Muhammad): “Kami beriman dengan Allah dan apa yang diturunkan atas kami, dan apa yang diturunkan atas Ibrahim, Ism’ail, Ishaq, Ya’qub, dan anak keturunannya. Dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa, dan apa yang diberikan nabi-nabi dari Rabb mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami orang-orang yang muslim kepada-Nya.
Dan siapa yang mencari selain Islam sebagai agama, maka sekali-kali tidaklah diterima daripadanya sedang dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi. (QS. 3 ayat 83-85)


Yahudi awalnya menerima islam tetapi lama kelamaan mereka bersama kaum pagan menentang dan memusuhi Rasulullah Muhammad. Mereka berkeyakinan bahwa kenabian telah berakhir. Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) menanti messias, bukan seorang nabi. Tidak semua Yahudi menentang, ada sebahagian yang bersahabat dan mau mendiskusikan tentang Kitab mereka dengan Muhammad, sehingga Rasulullah Muhammad dapat mengembangkan pandangan-pandangannya sendiri. Kisah-kisah para nabi yang awalnya tidak diketahui, dapat diketahui oleh Rasulullah dengan pasti. Kini dia dapat melihat pentingnya para nabi yang diutus sebelumnya untuk para nabi yang sesudahnya. Orang Yahudi dan Nasrani yang awalnya dianggap oleh Rasulullah Muhammad menganut agama yang sama ternyata di antara mereka terdapat banyak perbedaan pandangan. Itu disebabkan karena bahwa pengikut Taurat dan Injil telah memasukkan unsur-unsur yang tidak jelas ke dalam haniffiyah millah Ibrahim, seperti : Adanya doktrin Trinitas dan Hukum Lisan yang dikembangkan para nabi. Di dalam Kitab suci mereka sendiri, kaum Yahudi dikatakan tidak beriman dan telah berbalik menyembah berhala dengan mengambil patung ‘Ijla sebagai Tuhan. Dengan kejujuran, Al Qur’an menceritakan tentang seperti apa Yahudi dan Nasrani dan selalu mengajak untuk kembali kepada ajaran Tuhan yang satu, maka permusuhan Yahudi dan Nasrani dengan Islam berkepanjangan hingga kini. Yahudi dan Nasrani berusaha menghancurkan islam tanpa menjadikan orang islam itu menjadi orang Yahudi atau Nasrani dengan cara mencampurbaurkan millah Rasulullah Ibrahim yang hanif dengan millah mereka. Millah Rasulullah Ibrahim yang diikuti oleh Rasulullah Muhammad adalah hanya menjadikan Allah sebagai Tuhan dan ajaran-Nya adalah satu-satunya yang mereka terima dan mereka serukan kepada umat mereka. Sedangkan millah Yahudi dan Nasrani adalah menjadikan para nabi, para rahib, para pendeta sebagai Tuhan selain Allah. Karena tugas para Nabi dan Rasul yang hanya menyampaikan wahyu Allah sebagai berita gembira dan peringatan tidak sesuai dengan keinginan dan millah mereka, maka mereka berupaya terus menerus merubah agama yang benar menjadi agama yang berdasarkan angan-angan dan prasangka mereka. Agama yang sederhana tapi kuat dibuat menjadi rumit dan rapuh. Agama yang sarat dengan kewajiban, pengetahuan, dan logika dibuat menjadi penuh angan-angan dan prasangka. Agama yang mengajak kepada kalimat yang satu dan kelapangan dada dibuat menjadi perselisihan dan bergolong-golongan serta kesombongan. Agama yang menyamakan tugas semua nabi dan rasul dibuat menjadi berbeda bahkan salah satu dari mereka dinyatakan sebagai yang terbaik dan mampu melaksanakan tugas Tuhan, diantaranya adalah ada yang dianggap sebagai penebus dosa dan ada yang mampu memberikan syafaat untuk menyelamatkan orang dari api neraka. Bahkan kitab suci yang berisi petunjuk, hikmat, dan satu-satunya sumber hukum dibuat menjadi seperti dongeng, mantera, dan kitab yang hanya cukup dibaca saja dapat mendatangkan ampunan dan pahala, bahkan dapat mendatangkan kekuatan tanpa harus susah-susah mengkaji isinya. Dan mereka mengatakan bahwa mempelajari kitab suci adalah tugas para rahib dan pendeta atau di dalam Islam disebut para alim ulama, santri, dan lain-lain. Padahal membaca kitab yang sebenarnya adalah membaca untuk memahaminya.

Sesungguhnya Kami mengutus engkau dengan kebenaran. Sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Dan engkau tidak akan ditanya tentang penghuni neraka.
Dan sekali-kali tidak akan suka terhadap engkau orang-orang Yahudi dan juga orang-orang Nasrani sehingga engkau mengikuti millah mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah dialah petunjuk itu. Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka sesudah datang kepada engkau ilmu, tiadalah bagi engkau wali dari Allah dan tidak pula penolong.
Orang-orang yang Kami telah berikan Kitab, mereka membacanya dengan membaca yang sebenarnya, mereka itu beriman dengannya. Dan siapa yang kafir dengannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugi. (QS. 2 ayat 119-121)


Di saat umat Islam dalam pencaharian agama yang sebenarnya, mereka akan dihadang dengan millah-millah Yahudi dan Nasrani yang telah bercampur dengan agama Islam dengan mengatakan bahwa petunjuk itu adalah ajaran-ajaran yang sama dengan mereka dan tidak akan sesat kalau mereka berpegang teguh dengan apa yang mereka yakini. Sementara Islam yang murni akan mengatakan bahwa yang mereka ikuti apa yang telah Rasulullah Ibrahim contohkan kepada mereka melalui Rasulullah Muhammad yaitu ajaran yang satu (Ketauhidan). Dan orang akan menjadi syirk (musyrik) jika lebih memilih tafsiran kebenaran yang semata berasal dari manusia daripada ajaran Tuhan itu sendiri.

Dan mereka berkata: “Jadilah kamu Yahudi atau Nasrani, kamu akan mendapat petunjuk”. Katakanlah: “Tidak, tetapi keyakinan Ibrahim yang hanif (murni). Dan Ibrahim bukanlah termasuk orang yang musyrik.
Katakanlah olehmu sekalian: “Kami beriman dengan Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ism’ail, Ishaq, Ya’qub, dan anak keturunannya. Dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa, dan apa yang diberikan nabi-nabi dari Rabb mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami orang-orang yang muslim kepada-Nya. (QS. 2 ayat 136)



BEBERAPA PERNYATAAN RASULULLAH MUHAMMAD TENTANG DIRINYA.



* RASULULLAH MUHAMMAD MENYATAKAN BAHWA DIRINYA ADALAH MANUSIA BIASA


Katakanlah: "Aku hanyalah manusia biasa sepertimu yang diwahyukan kepadaku, sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Tuhan yang satu. Maka siapa yang ada mengharap perjumpaan Rabb-nya, maka hendaklah dia beramal dengan amal yang saleh dan janganlah mempersekutukan seorangpun mengabdi kepada Rabb-nya. (QS. 18 ayat 110)

Katakanlah: "Aku hanyalah manusia biasa sepertimu yang diwahyukan kepadaku, sesungguhnya Tuhanmu adalah Tuhan yang satu, maka berlaku luruslah kepada-Nya dan minta ampunlah kepada-Nya. Dan celakalah bagi orang-orang yang musyrik (QS. 41 ayat 6).

Atau ada untukmu sebuah rumah dari perhiasan atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu sehingga kamu menurunkan atas kami sebuah kitab yang kami dapat membacanya. Katakanlah: "Maha Suci Rabb-ku, tiadalah aku ini melainkan seorang manusia biasa sebagai seorang utusan". (QS. 17 ayat 93)



* RASULULLAH MUHAMMAD TIDAK BISA MEMBERIKAN REZKI, TIDAK MENGETAHUI YANG GHAIB, DAN BUKAN PULA SEORANG MALAIKAT YANG SUCI.



Katakanlah: "Aku tidak mengatakan kepadamu perbendaharaan Allah ada di sisiku, aku tidak mengetahui keghaiban, dan aku tidak mengatakan kepadamu sesungguhnya aku adalah malaikat. Tidaklah yang aku ikut, melainkan yang diwahyukan kepadaku. Kataknlah adakah sama orang yang buta dan yang melihat? Maka apakah kamu tidak berfikir?. (QS. 6 ayat 50)


* RASULULLAH MUHAMMAD TIDAK DAPAT MENDATANGKAN MANFAAT DAN MUDHARAT UNTUK DIRINYA SENDIRI.



Katakanlah: "Aku tidak berkuasa memberi manfaat untuk diriku dan tidak pula mudharat melainkan apa yang Allah mau. Kalau sekiranya aku adalah mengetahui keghaiban, sungguh aku memperbanyak kebaikan dan tidak akan disentuh keburukan. Tiadalah aku melainkan seorang pemberi peringatan dan pemberi kabar gembira buat kaum yang beriman. (QS. 7 ayat 188)


* RASULULLAH MUHAMMAD TIDAK KUASA MEMBERI MUDHARAT DAN PETUNJUK ORANG LAIN


Katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak berkuasa memberi kesusahan dan petunjuk untukmu". (QS. 72 ayat 21)


* RASULULLAH MUHAMMAD BUKAN SEORANG PENJAGA UMATNYA


Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti-bukti nyata dari Rabb-mu. Maka siapa yang melihat, maka untuk dirinya. Dan siapa yang buta, maka atasnya kebutaan itu. Dan aku bukanlah yang menjaga atasmu. (QS. 6 ayat 104)


* RASULULLAH MUHAMMAD BUKAN SEORANG PENJAGA DAN WAKIL UMATNYA


Kalau sekiranya Allah mau, mereka tidaklah mempersekutukan. Dan Kami tidak menjadikanmu penjaga atas mereka dan kamu bukanlah wakil atas mereka. (QS. 6 ayat 107)


* RASULULLAH MUHAMMAD TIDAK AKAN DITANYA TENTANG PENGHUNI NERAKA


Sesungguhnya Kami telah mengutus engkau dengan kebenaran; sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan engkau tidak akan ditanya tentang penghuni neraka. (QS. 2 ayat 119)


* RASULULLAH MUHAMMAD BUKAN RASUL BID'AH (YANG BARU)


Aku bukanlah rasul bid'ah di antara para rasul. Dan aku tidak mengetahui apa yang diperbuat terhadapku dan tidak pula terhadapmu. Aku tidak mengikuti melainkan apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidaklah melainkan seorang pemberi peringatan yang nyata. (QS. 46 ayat 9)



Mentaati Rasulullah Muhammad adalah mencontoh segala tingkah lakunya sebagai seorang rasul yang sesuai dengan Al Qur'an dan itu semata-mata untuk zikraddaar (mengingat kampung akhirat) diantaranya adalah shabar, shalat, rendah hati, ikhlas, menyantuni fakir miskin dan yatim, bukan mengikuti tetek bengek yang tidak penting dari lahiriah beliau sebagai manusia biasa, seorang bangsa Arab.

Sesungguhnya benar-benar telah ada untukmu contoh yang baik pada rasul Allah untuk orang yang ada mengharap bertemu Allah dan hari akhir, dan banyak mengingat Allah. (QS. 33 ayat 21)

Dan taatlah Allah dan rasul agar kamu mendapat rahmat. (QS. 3 ayat 132)

Dan Kami tidaklah mengutus seorang rasul melainkan untuk ditaati dengan izin Allah. (QS. 4 ayat 64)


Semua rasul Allah dijadikan contoh yang baik. Sebagai seorang rasul, Rasulullah Muhammad sudah pasti bertingkah laku sesuai dengan Al Qur'an. Apabila mencontoh beliau adalah berdasarkan dari hadits-hadits yang dibuat dan disahkan oleh manusia, bagaimana mencontoh Rasulullah Ibrahim yang jelas-jelas Allah tulis namanya di dalam Al Qur’an yang kemudian Rasulullah Muhammadpun diperintahkan untuk mencontoh beliau?

Sesungguhnya telah ada contoh yang baik untukmu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia…(QS. 60 ayat 4)

Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang patuh kepada Allah lagi Hanif dan dia tidak termasuk orang-orang yang musyrik,
Yang mensyukuri nikmat-nikmat-Nya. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus.
Dan Kami telah memberikan kepadanya kebaikan di dunia. Dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar di antara orang-orang yang shaleh.
Kemudian Kami wahyukan kepada engkau (Muhammad): “Ikutlah millah Ibrahim yang hanif. Dan Ibrahim bukanlah termasuk orang-orang musyrik. (QS. 16 ayat 120-123)


Bagaimana cara para nabi dan rasul melaksanakan perintah Allah? Tentunya semampu mereka, disesuaikan dengan bahasa, situasi, daerah, dan fisik mereka. Dengan perintah dan dasarnya yang sama, mereka melaksanakan apa yang Allah perintahkan. Apabila kita ingin tahu seperti apa contoh yang terbaik dalam pribadi Rasulullah Muhammad, kita hanya tinggal melihat isi Al Qur'an. Karena Allah melarang kita untuk mentaati beliau kalau tidak berdasarkan izin-Nya.

Pujian itu kepunyaan Allah!

Tidak ada komentar: