24 Januari 2010

BENARKAH NABI MUHAMMAD DAPAT MEMBERIKAN SYAFA'AT BUAT PENGHUNI NERAKA, SEHINGGA MEREKA DAPAT KELUAR DARIPADANYA?

PENGERTIAN SYAFA'AT


Syafa'at itu artinya pertolongan. Kata ini sangat populer di tengah-tengah kaum muslimin dan sangat diharapkan untuk mereka saat sekarang dan juga nanti.
Syafa'at yang dibutuhkan saat sekarang adalah untuk menyelamatkan mereka dari bencana, penyakit, kesusahan, dan lain-lain. Syafa'at yang dibutuhkan nanti
adalah untuk menyelamatkan dan mengeluarkan mereka dari api neraka. Dan para penulis kitab berbahasa Arab, dengan mahirnya membuat suatu lahwal hadits tentang, bahwa Nabi Muhammad dapat meringankan siksaan Allah bahkan mencabutnya. Yang penting, dia adalah umatnya dan rajin memuji dengan membaca shalawat untuk beliau. Meskipun amal kebaikan yang dia kerjakan selama hidup sangat sedikit dibandingkan dosa yang dia kerjakan. Hak kasasi itu hanya diberikan kepada Nabi Muhammad, para nabi selain beliau tidak mampu melakukannya dengan alasan bukan umatnya dan dosa yang para nabi lakukan. Bahkan Nabi Isa yang diyakini umat nasrani dapat menyelamatkan dan menebus dosa mereka, dinyatakan juga tidak dapat memberikan syafa'at. Benarkah demikian?
Coba simak hadits Shahih Muslim di bawah ini!

Dari Jabir bin Abdullah menceritakan bahwa Rasululullah bersabda: "Sesungguhnya Allah akan mengeluarkan suatu kaum dari neraka dengan syafa'at." (Hadist no. 152)

Dari Anas bin Malik, dia berkata bahwa Rasulullah bersabda: "Nanti pada hari kiamat Allah akan mengumpulkan seluruh manusia. Ketika itu mereka saling berkata satu sama lain. "Bagaimana kalau kita memohon syafa'at kepada Tuhan kita semoga Dia membebaskan kita dari tempat ini?" Lalu mereka pergi kepada Adam dan berkata: "Engkau adalah Adam, bapak segala manusia. Engkau Allah ciptakan dengan tangan-Nya sendiri, kemudian ditiupkannya ruh ke tubuh engkau, dan disuruh-Nya malaikat sujud kepada engkau, lalu mereka sujud. Tolonglah kami memohonkan kelapangan kepada Allah, semoga kami dibebaskan dari kesengsaraan yang kami derita ini." Adan menjawab: "Aku tidak sanggup menolong kamu semua." Lalu Adam menceritakan kesalahannya yang menyebabkan dia malu kepada Allah. "Namun begitu", kata Adam, "cobalah datang kepada Nuh, rasul pertama yang pernah diutus Allah." Mereka pergi kepada Nuh, tetapi Nuh juga mengatakan tidak sanggup membela mereka karena dia malu kepada Tuhannya sehubungan dengan kesalahannya. Namun dia menganjurkan supaya mereka datang kepada Ibrahim yang dijuluki 'Khalilullah' (Kekasih Allah). Mereka pergi kepada Ibrahim, tetapi Ibrahim juga berkata: "Aku tidak sanggup menolongmu, karena aku malu kepada Tuhanku karena kesalahanku. Cobalah datang kepada Musa." Nabi Musa juga menyesal tidak sanggup menolong mereka, karena dia malu kepada Tuhannya sehubungan dengan kesalahannya. Dia menganjurkan supaya mereka datang kepada Isa. Lalu mereka pergi kepada Isa, tetapi beliau berkata pula, "Aku tidak berwenang menolong kamu semua. Pergilah kepada Muhammad, seorang hamba Allah yang telah diampuni dosa-dosanya baik yang lama maupun baru." Kata Nabi Muhammad selanjutnya: "Karena itu mereka mendatangiku. Lalu aku mohon izin kepada Allah, dan Allah memberikan izin kepadaku. Karena itu aku langsung sujud kepada-Nya, sedangkan Allah membiarkanku sujud sampai lama sekali. Kemudian Dia berfirman: "Hai Muhammad, Angkatlah kepalamu! Berbicaralah! Bicaramu akan didengar. Mintalah! Permintaanmu akan dikabulkan. Belalah! Pembelaanmu akan diterima." Maka kuangkat kepalaku, seraya memuji Tuhanku dengan puji-pujian yang diajarkan-Nya kepadaku. kemudian kumohonkan pembelaan bagi umat manusia, sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan Allah kepadaku. Sesudah itu aku keluarkan mereka dari neraka, lalu kumasukkan ke surga. Sesudah itu aku langsung sujud kepada-Nya, sedangkan Allah membiarkanku sujud sampai lama sekali. Kemudian Dia berfirman: "Hai Muhammad, Angkatlah kepalamu! Berbicaralah! Bicaramu akan didengar. Mintalah! Permintaanmu akan dikabulkan. Belalah! Pembelaanmu akan diterima." Maka kuangkat kepalaku, seraya memuji Tuhanku dengan puji-pujian yang diajarkan-Nya kepadaku. kemudian kumohonkan pembelaan bagi umat manusia, sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan Allah kepadaku. Sesudah itu aku keluarkan mereka dari neraka, lalu kumasukkan ke surga." Kata Nabi Muhammad melanjutkan: "Aku lupa apakah yang ketiga kali atau keempat, di mana sesudah itu aku berkata: "Ya, Allah! tidak ada yang tinggal dalam neraka kecuali orang-orang yang memang ditentukan Al Qur'an harus tinggal di dalamnya." (Hadits no. 153)

Abu Hurairah meriwayatkan hadits yang intinya serupa (hadits no 155), hanya saja dia menambah-nambah dengan kata-kata yang membuktikan bahwa Rasulullah yang kita anggap mulia tidak lebih adalah seorang yang haus pujian dan bangga dengan dirinya di atas semua nabi dan bahwa Allah itu adalah pendendam terhadap kesalahan para nabi yang lalu.

Beberapa jawaban para nabi di dalam riwayat Abu Hurairah (hadits no 155):

1. Contoh jawaban Adam pada riwayat Abu Hurairah: "Sesungguhnya hari ini Tuhan sangat marah kepadaku. Tidak pernah Dia marah semarah ini. Dia melarangku mendekati sebatang pohon, tetapi aku mendurhakai-Nya. Malangnya aku! Malangnya aku!"

2. Contoh jawaban Nuh: "Sesungguhnya hari ini Tuhan sangat marah kepadaku. Tidak pernah Dia marah semarah ini. Aku mengemban tugas memanggil umatku, tetapi aku berdoa agar umatku dimusnahkan. Malangnya aku! Malangnya aku!"

3. Contoh jawaban Ibrahim: "Sesungguhnya hari ini Tuhan sangat marah kepadaku. Tidak pernah Dia marah semarah ini." Lalu dia menyebutkan beberapa kebohongannya dan setelah itu dia berkata: "Malangnya aku! Malangnya aku!"

4. Contoh jawaban Musa: "Sesungguhnya hari ini Tuhan sangat marah kepadaku. Tidak pernah Dia marah semarah ini. Aku pernah membunuh orang yang tidak diperintahkan membunuhnya. Malangnya aku! Malangnya aku!

5. Contoh jawaban Isa: "Sesungguhnya hari ini Tuhan sangat marah kepadaku. Tidak pernah Dia marah semarah ini." Tetapi Isa tidak menyebutkan dosanya. Dia berkata: "Malangnya aku! Malangnya aku!

Contoh jawaban Muhammad pasti semua dapat menebak, jadi tidak usah dibahas ya.. karena kesimpulannya pasti tidak seperti perkataan para nabi yang lain yang mengatakan: "Malangnya aku! Malangnya!" tetapi beliau akan mengatakan: "Hebatnya aku! Hebatnya aku! meskipun kata-kata itu tidak tertulis dan diucapkan. Kalau memang Nabi Muhammad bercerita seperti itu, maka diakhir cerita dia akan tersenyum bangga. Karena umatnya akan memandang kagum kepada beliau dan bangga menjadi umatnya. Kalau peristiwa itu terjadi sekarang, mungkin tepuk tangan dan acungan jempol akan diberikan kepada beliau.
Saya hanya memberikan tiga buah hadits tentang syafa'at dari Shahih Muslim. Masih ada beberapa lagi, yang kalau kita pikirkan, isinya hanyalah pengkultusan Rasulullah Muhammad di atas semua nabi dan rasul bahkan bisa dikatakan tugas-tugas yang merupakan wewenang Tuhan, bisa juga dilakukan oleh beliau bahkan membatalkan keputusan Tuhan. Melihat hadits-hadits diatas, kita akan mengetahui bahwa hadits yang disandarkan kepada nabi Muhammad oleh para penulis dan periwayatnya itu tidak lebih adalah khurafat (dongeng) yang dibuat-buat. Kembalikan kepada Al Qur'an, Al Qur'an akan membuktikannya.

Contoh hadits pertama (dari Jabir bin Abdullah) mengatakan bahwa Allah akan mengeluarkan orang dari neraka karena syafa'at, bertolak belakang dengan apa yang dikatakan di dalam Al Qur'an. Kalau hadits diklaim sebagai penjelas Al-Qur'an, maka hadits tidak punya hak untuk menentang atau membatalkan keputusan Allah di dalam Al Qur'an apalagi membuat hukum baru. Allah berfirman di dalam Al Qur'an bahwa orang yang masuk neraka tanpa terkecuali adalah kekal.


Di bawah ini beberapa ayat Al Qur'an yang menjelaskannya:

1) Khaaliduuna (mereka kekal) -->QS. 2 ayat 39, 81, 217, 257, 275, 3 ayat 116, 5 ayat 80, 7 ayat 36, 9 ayat 17, 10 ayat 27, 13 ayat 5, 23 ayat 103, 43 ayat 74, 58 ayat 17.
2) Khaalidiina (mereka kekal) -->QS. 2 ayat 162, 3 ayat 88, 40 ayat 76, 64 ayat 10.
3) Khaalidiina Abada (mereka kekal selama-lamanya) --> QS. 4 ayat 169, 9 ayat 68, 16 ayat 29, 20 ayat 101, 3 ayat 65, 39 ayat 72, 72 ayat 23, 98 ayat 6.
4) Kalau ingin keluar dari neraka, Allah menyatakan siapapun tidak akan bisa keluar. (QS. 2 ayat 167, 5 ayat 37)
5) Karena sangat sulitnya keluar dari sana, Allah memberikan syarat unta masuk ke lubang jarum. (QS. 7 ayat 40).
6) Syafa'at apapun tidak berlaku di sana (QS. 2 ayat 48, 123, 254). Jangankan siksaan di sana, di dunia saja kalau Allah menghendaki kesusahan buat kita, tidak akan dapat memberikan syafa'at (QS. 36 ayat 23).
7) Dan segala keputusan Allah tidak ada yang dapat dirubah oleh siapapun termasuk Nabi Muhammad sendiri.
Tidak ada campur tangan beliau tentang keputusan Allah, apakah Allah hendak menyiksa atau memberikan rahmat buat hamba-Nya (QS 3 ayat 128)
8) Apabila Allah memasukkan hamba-Nya ke neraka, maka tidak ada haknya menyelamatkan mereka (QS 39 ayat 19).
9) Tugas beliau adalah menyampaikan kebenaran dan tidak akan ditanya tentang penghuni neraka (QS. 2 ayat 119).

Hadits yang kedua (Anas bin Malik), Allah mengumpulkan manusia. Sebelum Allah bertanya kepada setiap umat, maka Allah bertanya kepada semua rasul (Dari Nuh hingga Muhammad), karena mereka hanya sebagai saksi, maka mereka hanya ditanya tentang tugasnya dalam menyampaikan risalah Allah bukan keadaan umatnya masing-masing.

Pada hari Allah mengumpulkan Rasul-Rasul, lalu Dia berkata: “Apa yang dipenuhi kepadamu?” Mereka berkata: “Tidak ada ilmu bagi kami. Sesungguhnya Engkau yang mengetahui semua yang ghaib (QS. 5 ayat 108).

Pelecehan terhadap semua nabi dan rasul kecuali Nabi Muhammad terjadi pada hadits tersebut dan yang terbesar terdapat pada hadits riwayat Abu Hurairah. Bagaimana menurut hadits tersebut nabi Muhammad bercerita tentang Nabi Adam yang tidak diampuni kesalahannya sehingga Allah sangat marah kepada beliau. Di hadits itu Nabi Adam dengan sedihnya mengumpat dirinya dan mengatakan kemalangan buatnya karena dosa tersebut.
Mengenai kesalahan Nabi Adam, Al Qur'an menjelaskan bahwa Allah bukanlah pemarah, Allah sangat pemaaf dan mengampuni dosa orang yang berbuat dosa setelah dia bertaubat, mengakui kesalahannya, dan menerima hukuman. Itu yang terjadi pada Nabi Adam. Allah marah kepada Nabi Adam saat itu, ketika dia melanggar larangan Allah. Dan setelah hukuman jatuh, Allah mengampuni beliau dan tidak ada marah dan tidak ada dendam. Lalu kenapa bisa ada pernyataan di hadits tersebut, bahwa Allah sangat marah hari itu karena kesalahan Nabi Adam sehingga Nabi Adam memaki dan menyesali dirinya? Apakah Allah melanggar janjinya ataukah Allah hanya pura-pura mengampuni Adam?


Yang kedua adalah Nabi Nuh. Di dalam riwayat tersebut, Nabi Nuh dikatakan telah mengakui kesalahannya karena telah memohon hukuman buat umatnya dan beliau menganggap bahwa itu kesalahan besar dan Allah sangat marah padanya pada hari itu, sehingga Nabi Nuh memaki dan menyesali dirinya. Benarkah demikian? Kita telah sama-sama ketahui, tentang azab yang diminta para rasul untuk kaum mereka adalah hal biasa dilakukan oleh semua nabi dan rasul termasuk nabi Muhammad itu sendiri bahkan tanpa terkadang tanpa diminta, apabila pengingkaran kaum mereka sudah tidak bisa ditolerir dan sudah tidak ada lagi jalan untuk memperbaikinya, maka azab itu akan datang. (QS. 6 ayat 42-43). Jadi datangnya azab yang menimpa kaum Nabi Nuh bukanlah kesalahan Nabi Nuh. Kalaupun kita mau mencari kesalahan beliau yang Allah anggap salah, adalah ketika beliau meminta Allah untuk menyelamatkan anaknya yang hendak tenggelam terbawa banjir akibat kesalahan mereka. (QS 11 ayat 45-46).


Yang ketiga adalah nabi Ibrahim. Dikatakan dalam riwayat tersebut bahwa dia banyak berbohong. Lalu Allah sangat marah kepadanya karena kesalahan itu, sehingga Nabi Ibrahim menyesali dan memaki dirinya. Entah seperti apa bohongnya, tapi yang jelas, Nabi Ibrahim adalah hamba pilihan Allah yang ikhlas dan benar yang telah banyak diuji. Beliau diangkat sebagai imam buat seluruh manusia termasuk para rasul sesudahnya (QS. 2 ayat 124) bahkan Nabi Muhammad yang dianggap superman oleh umatnya yang mengkultus beliau malah diperintahkan untuk mengikuti jejak Nabi Ibrahim (QS. 16 ayat 123).
Nabi Ibrahim adalah seorang yang sangat patuh, lurus hati, banyak bersyukur, dan saleh di dunia dan akhirat (QS. 2 ayat 130, 16 ayat 120-122) sehingga Allah menjadikan beliau sebagai teman dekat kesayangan Allah (QS. 4 ayat 125). Apakah penjelasan-penjelasan Allah tentang hal Nabi Ibrahim di dalam Al Qur'an itu semuanya tipuan? Kalau bukan, lalu atas dasar apa hadits itu mengatakan bahwa nabi Muhammad menceritakan tentang hal yang bertentangan dengan kenyataan di dalam Al Qur'an, kalau bukan hadits itu hasil rekayasa pengkultusan seorang nabi seperti yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mengatasnamakan bahwa hal itu dikatakan oleh Nabi Muhammad?
Kalau Allah mau, maka Nabi Ibrahim yang akan dipilih sebagai pemberi syafa'at dan paling banyak haditsnya dibanding Nabi Muhammad; karena beliau adalah kesayangan Allah.


Yang keempat adalah Nabi Musa. Hadits itu meriwayatkan tentang Nabi Musa yang membuat Allah sangat marah kepadanya karena kesalahannya pernah membunuh orang sehingga dia menyesali dan memaki dirinya.
Yang harus kita teliti pada hadits tersebut, mengapa Allah sangat marah sampai hari kiamat, padahal Nabi Musa waktu itu telah meminta ampun kepada Allah atas kekhilapannya membunuh seseorang (QS. 28 ayat 15-16) dan Allah mengampuninya serta menolong beliau dari kejaran orang-orang yang hendak membunuhnya (QS. 20 ayat 40). Lagipula kesalahan tersebut dilakukan ketika beliau belum menjadi seorang nabi dan rasul. Apakah Allah telah melupakan bahwa Dia telah memberikan ampunan buat Nabi Musa ataukah Allah masih mendendam terhadap kesalahan yang dibuat oleh Nabi Musa terhadap orang lain?


Yang kelima adalah Nabi Isa. Hadits tersebut juga meriwayatkan tentang Nabi Isa yang mengatakan bahwa Allah pada hari itu sangat marah kepadanya. Lalu Nabi Isa menyesali dan memaki diri sendiri. Tetapi hal yang aneh, pada hadits tersebut tidak mengatakan apa kesalahan Nabi Isa.

Melihat dan menyimak cerita hadits riwayat Abu Hurairah di atas, kita akan menarik kesimpulan bahwa semua nabi pernah melakukan kesalahan dalam tindakannya dan Allah menjadikan kesalahan itu bagai bom waktu yang kelak Allah akan ledakkan pada hari kiamat meskipun kesalahan itu tidak jelas. Hanya Nabi Muhammad yang sempurna dari segala cacat dan kekurangan. Bahkan dosanya pun diampuni oleh Allah yang dulu maupun yang akan datang. Berbeda dengan nabi-nabi yang lain, terhadap mereka, Allah kehilangan kata maafnya dan tidak melupakan kesalahan dan kekhilapan yang pernah mereka perbuat.
Dengan membedakan para nabi dan rasul seperti itu, berarti Allah melanggar komitmen yang Dia buat untuk umat islam. Yaitu: tidak boleh membeda-bedakan para nabi dan rasul (QS. 2 ayat 136, 285, 3 ayat 84, 4 ayat 150-152)

Memuliakan Rasulullah Muhammad, bukan mengagung-agungkan namanya setiap saat, atau memberikan gelar yang berbeda dengan para Nabi dan Rasul lainnya, tetapi menolong ajaran yang dibawanya yaitu Al Qur'an agar kebenarannya menjadi zhahir di atas dunia ini.

Orang-orang yang mengikuti Rasul itu, nabi yang ummi yang mereka mendapatinya ditulis di sisi mereka di dalam Taurat dan Injil. Dia menyuruh mereka dengan yang ma'ruf dan mencegah mereka dari yang munkar dan menghalalkan untuk mereka yang baik-baik dan mengharamkan atas mereka yang tidak baik dan melepaskan beban-beban mereka dari mereka dan belenggu-belenggu yang telah ada atas mereka. Maka orang-orang yang beriman dengannya, menguatkannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang diturunkan bersamanya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Katakanlah: "Hai manusia, sesungguhnya aku Rasul Allah kepadamu semuanya, yaitu yang kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan kecuali Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah dengan Allah dan rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman dengan Allah dan kalimat-kalimat-Nya dan ikutilah dia agar kamu mendapat petunjuk
. (QS. 7 ayat 157-158)

Tidak ada satupun (termasuk nabi dan rasul) yang bisa memberikan syafaa't ketika Allah menyiksa seseorang atau memasukkannya ke dalam neraka. Karena syafaa't itu adalah milik Allah, dan hanya Allah yang berhak memberikan syafaa't.

Ataukah mereka mengambil pemberi syafaat selain Allah. Katakanlah: “Apakah, walaupun mereka tidak berkuasa sedikitpun dan tidak menggunakan aqal?
Katakanlah: “Kepunyaan Allah syafaat itu semuanya. Bagi-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kamu akan dikembalikan kepada-Nya”.
(QS. 39 ayat 43-44)


Pujian itu kepunyaan Allah!

Tidak ada komentar: