16 Juni 2009

SHALAT DI DALAM AL QUR'AN (bagian 1)

Mobil tenaga uap ditemukan pada tahun 1770 oleh orang perancis yang bernama Cugnot. Tahun 1864 mobil percobaan oleh orang Austria bernama Marcus. Tahun 1873 mobil coupler oleh orang Amerika bernama Janney. Tahun 1885 mobil differensial gir oleh orang Jerman bernama Benz. Tahun 1889 mobil bensin oleh orang jerman bernama

Daimler. Tahun 1892 mobil listrik oleh orang Amerika bernama Morrison. Tahun 1897 mobil magnet oleh orang Jerman bernama Bosch. Tahun 1911 mobil starter otomatis oleh orang Amerika bernama Kettering. Meski mengalami perubahan-perubahan dan perbaikan, tetap saja tujuan mereka adalah sama. Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih hebat di antara mereka. Mereka hanya menemukan dan mengenalkan tetapi tidak menciptakan. Semuanya kembali kepada Tuhan sang pencipta yang Maha Pandai. Dia mengajarkan semua, sehingga para penemu itu mengenalkan sesuatu yang luar biasa yang meringankan beban kita. Dan penemuan itu (mobil) sudah sampai kepada kita; bahkan banyak di antara kita sudah bisa mengendarainya dari yang kecil sampai yang tua. Ada yang bisa mengendarainya dengan autodidak, melihat langsung mencoba lalu bisa dan ada pula yang melalui tempat kursus.
Coba kita pikirkan dan renungkan, beberapa persen di antara jutaan orang yang bisa mengendarai mobil yang mengetahui sejarah terjadinya dan siapa penciptanya? Siapa yang mengenal Cugnot, Marcus, Janney, Benz, Daimler, Morrison, Bosch, dan Kettering? Baik sejarah hidupnya maupun tingkah lakunya? Pasti jawabannya adalah, tidak ada. Terkecuali orang-orang yang mempelajari sejarah, itupun hanya untuk sekedar mengenal dan tidak mempengaruhi kehidupan bagi yang mempelajarinya. Mengenai kesimpangsiuran sejarah hidup mereka dan penemuan mereka, itu pasti terjadi. Seperti, kemungkinan nama atau tahun yang saya tulis itu salah. Tetapi sekali lagi, itu tidak penting. Mempelajari sejarahnya tidak akan membuat kita bisa mengendarai mobil dan membantu hidup kita.
Tak ada satupun yang mengetahui dan tertarik mengetahuinya meskipun dia sudah berkendaraan puluhan tahun. Pada awalnya itu ditemukan orang akan terkejut bercampur senang karena mereka telah ditunjukkan kepada sesuatu yang luar biasa yang mengangkat dan memudahkan beban kehidupan. Kemudian mereka menanyakan dan memperhatikan bagaimana cara mengendarainya. Sang penemu akan mendemokan bagaimana cara mengendarainya di hadapan orang-orang banyak.
Hingga pengetahuan mengendarai itu sampai kepada kita 2 abad kemudian, adakah buku yang menerangkan tentang cara mengendarai mobil? Adakah orang yang perduli setelah mereka bisa melakukannya?Atau seandainya mereka tidak bisa mengendarai, apa yang akan mereka lakukan? Mencari orang yang bisa / mau mengajarkan, ataukah membaca buku-buku tebal dengan berbagai tekhnik mengendarai dengan pengarang yang berbeda yang rata-rata mereka hidup 2 abad setelah penemuan itu?
Hampir semua orang berkendaraan tanpa buku panduan tentang bagaimana cara mengendarai mobil. Mereka semuanya belajar langsung praktek dengan cara melihat. Setelah mereka bisa berkendaraan, mereka akan mencari izin untuk itu agar mereka dapat dengan tenang dan aman mengendarainya. Suatu saat ketika ada razia, mereka tidak akan ditanya tentang buku cara mengendarai atau bagaimana cara mengendarai kendaraan. Tetapi mereka akan ditanya dan dilihat SIM dan kelengkapan kendaraan. Bagaimana kalau mereka tidak memperhatikan hal-hal itu?

Mobil tidak berbeda dengan tangga (mi'raj) untuk menuju suatu tempat tertinggi atau terjauh; dan itu tidak ada bedanya dengan shalat. Mengendarai mobil adalah melakukan gerakan shalat. Meski dengan gaya yang berbeda, arah pandang adalah sama yaitu ke depan dengan memegang kendali. Ada peraturan yang tidak berubah; stir untuk mengendalikan arah laju, gas untuk menaikkan, dan rem untuk menghentikan, meskipun pada bentuknya ada yang manual dan ada yang otomatis.
Tuhan tidak merubah tentang cara shalat seperti: duduk, berdiri, atau berbaring dan arah hadap yaitu kiblat. Namun pelaksanannya Tuhan memudahkan, disesuaikan dengan keadaan yang akan mengerjakan. Rasulullah Muhammad tidak mencontohkan gerakan yang harus dilakukan oleh umatnya. Beliau hanya mengajarkan shalat seperti apa yang beliau dapat lakukan. Meski beliau memperlihatkan gerakan-gerakan shalatnya, beliau tetap membebaskan umatnya untuk melakukan gerakannya sesuai dengan keadaan mereka. Sehingga banyak sekali hadits yang meriwayatkan berbeda-beda tentang gerakan shalat. Intinya, mereka semua ingin cara yang mereka lakukan diikuti oleh yang lain.
Seperti halnya peraturan dalam berkendaraan yang melarang keras orang berkendaraan dalam keadaan mabuk dan tidak memperhatikan rambu-rambu, shalatpun mempunyai peraturan seperti demikian.
Kesimpulannya, praktek shalat secara turun temurun adala sama halnya dengan praktek berkendaraan. Orang sudah bisa dan biasa melakukannya tanpa buku panduan; yaitu dengan cara melihat orang terdahulu.
Tetapi izin mengendarainya (SIM) belum tentu mereka dapatkan tanpa memintanya dari pihak yang berwenang, yang mengatur lalu lintas jalanan yaitu pak polisi.
Lalu di mana mereka akan meminta izin buat shalat mereka? Siapa pihak yang berwenang yang mengatur lalu lintas kehidupan mayapada ini. Siapa yang berhak menghukum dan menilai mereka salah atau benar ketika berkendaraan?

Bagaimana bisa shalat kalau cuma memakai Al Qur'an saja tidak memakai hadits?
Pertanyaan seperti itu dari dahulu sampai saat ini selalu ditanyakan sebagai tindakan protes ketika mengetahui ada yang hanya mengkaji isi Al Qur'an saja tanpa hadits. Seakan-akan mereka merasa aneh dan tidak percaya, masa sih bisa beribadah hanya dengan menggunakan Al Qur'an. Pertanyaan seperti itu selalu terlontar dari mulut orang yang tidak mengerti hakekat muslim yang sebenarnya atau hanya setengah mengerti atau menganggap diri mereka sudah mengerti. Tapi saat mereka ditanya mulai kapan mereka melakukan shalat, mereka semua mengakui bahwa shalat yang mereka lakukan adalah kebiasaan yang mereka kerjakan ketika mereka masih kecil, tidak mengetahui isi Al Qur'an, tidak mengetahui isi hadits, bahkan tidak mengerti apa-apa alias ikut-ikutan. Mereka hanya diajarkan membaca Al Qur'an meski cuma hafalan. Tapi itu sudah membuktikan bahwa hanya membaca Al Qur'an dan tanpa mengetahui isi hadits mereka bisa melakukan shalat hingga kini. Sama halnya dengan bapak mereka, bapaknya bapak mereka, bapak bapaknya bapak mereka.
Shalat adalah tradisi turun temurun; kebiasaan ritual mencontoh dengan cara melihat. Siapapun dapat melakukannya dengan mudah. Tapi disaat mereka diajak untuk meluruskan apa yang telah mereka kerjakan dengan kitab suci mereka yang mereka anggap imam nanti pada hari kiamat yaitu Al Qur'an, mereka kebingungan dengan shalat mereka. Mereka membantah dengan sesuatu yang tidak mereka kenal dan tidak mereka pelajari (hadits) cuma karena dengar-dengar saja, bahkan bentuknya pun mereka tidak tahu. Padahal tanpa mengenal dan mempelajari itu, mereka sudah bisa mengerjakan shalat dari dahulu hingga saat ini.

Dan orang-orang yang menghujjah tentang perintah Allah sesudah perintah itu dipenuhinya, hujjah mereka tidak berharga di sisi Rabb mereka dan atas mereka murka dan untuk mereka azab yang keras. (QS. 42 ayat 16)

Shalat adalah sebuah kendaraan.
Al Qur'an adalah SIMnya termasuk di dalamnya rambu-rambu seperti sabar, baik, ikhlas, dan lain-lain..
Zakat, infaq, shadaqah, dan lain-lain adalah kelengkapan shalat.
Razia adalah pertanyaan malaikat nanti pada hari kiamat.

Ketika kita diajak untuk kembali kepada Al Qur'an satu-satunya untuk mendapatkan izin dari Allah atas semua amal-amal kita, apa jawaban kita?

Saat kita disuruh untuk membuat SIM sebagai satu-satunya surat izin agar bisa berkendaraan dengan aman dan disebut layak untuk mengendarai kendaraan, apa jawaban kita?

Dengan menjawab: "Bagaimana bisa shalat kalau cuma memakai Al Qur'an saja dan tidak menggunakan hadits?", itu adalah jawaban orang bodoh yang tidak menggunakan akal. Karena selama bertahun-tahun, mereka sudah melakukannya padahal mereka tidak pernah mengetahui isi hadits. Tragisnya lagi, mereka tidak bisa membaca Al Qur'an kecuali menghafal.


PENGERTIAN SHALAT


Shalat jamaknya shalawat mempunyai akar kata shallaa, yushallii, shalaatan/tashliyatan, mushallin, mushallaan, shalli, laa tushalli, mushallaan, mushallaan, shullii, yushallaa.
Shalat secara etimologi (lughat) artinya doa dan restu, keyakinan, dan dukungan. Dan secara epistimologi adalah meminta atau memberikan restu sebagai dukungan untuk memberikan sugesti jiwa.
Shalat dalam kamus 'Al Munjid' hal 434 bagian shalla-shamaa dikatakan:
'Irtafa'al 'aqlu ilallah likay nasjudu lahuu wa nasykuruhu wa nathlubu ma'uunatihi" yang artinya menjadi tinggi akal itu kepada Allah supaya kita bersujud dan bersyukur kepada-Nya dan mencari pertolongan-Nya.
Shalat dalam kamus Al Kautsar penerbit YAPI Bangil hal 218 membagi shalat menjadi tiga dari Allah, dari malaikat, dan dari manusia.
Itu artinya Allah, malaikat, dan manusia melakukan shalat. Shalat dari Allah dan malaikat kepada manusia adalah memberikan restu dan dukungan. Shalat dari semua mahluk kepada Allah adalah meminta restu kepada Allah.
Jadi apakah sebenarnya shalat itu? Shalat hanyalah sebuah mi'raj atau sebuah kendaraan. Baik itu mi'raj para Rasulullah (malaikat dan manusia) maupun mi'raj semua manusia bahkan mi'raj seluruh mahluk. Untuk mendapatkan nilai shalat kita harus memperhatikan kelengkapan-kelengkapannya seperti infaq, shadaqah, zakat, dan lain-lain. Untuk menjaga nilai shalat kita, diperlukan rambu-rambu seperti berkata yang baik, tidak boleh minum-minuman keras, tidak boleh makan makanan yang haram, tidak boleh berjudi, dan lain-lain. Setelah kita lulus ujian karena mengerti aturan dan rambu-rambunya, barulah kita mendapatkan izin dari Allah dengan mendapatkan nilai dari-Nya. Pada intinya, semua aturan dibuat supaya kita selamat sampai di tempat tujuan.
Shalat terbagi dua ada secara ritual dan secara aktual. Secara ritual itu yang disebut dengan hablumminallah dan secara aktual adalah hablumminannas. Secara ritual itu adalah kemampuan kita untuk berkendaraan dan secara aktual itu adalah kelengkapannya. Pahala tidak akan kita dapatkan hanya dengan shalat secara ritual tanpa didukung dengan shalat secara aktual dan pahala tidak akan kita dapatkan hanya dengan melakukan shalat secara aktual tanpa didukung oleh ritual. Shalat secara ritual itulah yang disebut dengan Tasbih atau
GERAKAN SHALAT.

Di dalam Al Qur'an ada 89 ayat dan 98 kata yang menyebut shalat sebagai suatu aktifitas. Dan satu ayat tambahan tentang mushalla (isim makan) yang artinya tempat shalat (QS. 2 ayat 125). 89 ayat itu adalah:

Binatang tidak mempunyai petunjuk, mengetahui cara sholat. Mengapa manusia jadi kebingungan dengan shalat mereka ketika diberikan petunjuk?

1. Masing-masing burung mengetahui cara shalat dan tasbih mereka (Q.S. 24:41)

Waktu shalat tinggalkan semua aktivitas

2. Laki-laki yang tidak dilalaikan dari ingatan Allah dan shalat (Q.S. 24:37)
3. Dipanggil shalat mulai hari Jum’at harus bersegera (Q.S. 62:9)
4. Apabila selesai shalat, bertebaran di muka bumi (Q.S. 62:9)
5. Tahan tangan kamu dan dirikanlah shalat (Q.S. 4:77)
6. Tahan saksi untuk bersumpah, setelah shalat dahulu (Q.S. 5:106)

Dasar dari shalat

7. Shalatku, ibadahku buat Allah (Q.S. 6:162)
8. Ikhlas beragama dengan murni dan mendirikan shalat (Q.S. 98:5)

Sebelum Nabi Muhammad, Setelah Ibrahim nabi-nabi sudah melakukan shalat

9. Hai Syu’aib apakah shalatmu yang menyuruh meninggalkan kebiasaan (Q.S. 11:87)
10. Malaikat memanggil Zakaria yang sedang shalat di mihrab (Q.S. 3:39)
11. Nabi Ibrahim membuat rumah dekat mesjid supaya keluarganya shalat (Q.S. 14:37)
12. Ya Rabbku jadikanlah aku tetap mendirikan shalat juga keturunanku (Q.S. 14:40)

Shalat untuk ingatan Allah

13. Dan dia sebut nama Rabbnya lalu dia shalat (Q.S 87:15)
14. Ibadah kepada-Ku. Shalat untuk ingatanKu (Q.S. 20:14)

Larangan shalat

15. Khamar menghalangimu dari ingatan Allah dan shalat (Q.S. 5:91)
16. Jangan shalat kalau tidak mengerti apa yang diucapkan (Q.S. 4:43)
17. Jangan terlalu keras shalatmu dan jangan terlalu menyembunyikan (Q.S. 17:110)

Jagalah shalat

18. Mereka memelihara shalat mereka (Q.S. 6:92)
19. Dan orang yang memelihara shalatnya (Q.S. 70:23)
20. Dan orang-orang yang memelihara shalat mereka (Q.S. 23:9)
21. Beruntung orang beriman yang shalatnya khusyu. (Q.S. 23:1-2)

Shalat dan taqwa

22. Memenuhi seruan Allah mendirikan shalat (Q.S. 42:38)
23. Dirikanlah shalat dan bertaqwalah kepada-Nya (Q.S. 6:72)
24. Kembali kepada Allah, taqwa, dirikan shalat, jangan musyrik (Q.S. 30:31)

Shalat dan qurban

25. Shalat karena Allah dan berqurban (Q.S. 108:2)

Shalat dan perbuatan baik

26. Dan Kami wahyukan berbuat kebaikan dan dirikanlah shalat (Q.S. 21:73)
27. Shalat, suruh yang ma’ruf (Q.S. 31:17)
28. Shalat mencegah perbuatan keji dan munkar (Q.S. 29:45)

Shalat dan sabar

29. Sabar atas yang menimpa, dan mendirikan shalat (Q.S. 22:35)
30. Sabar mencari ridha Allah dan shalat (Q.S. 13:22)
31. Orang yang shalat tidak boleh mengeluh (Q.S. 70:23)
32. Suruh keluarga shalat dan sabar menyuruhnya (Q.S. 20:132)

Shalat dan infaq

33. Shalat dan infaq (Q.S. 8:3)
34. Shalat dan infak secara sembunyi atau terang-terangan (Q.S. 14:31)

Shalat dan zakat

35. Shalat dan zakat, Ruku’lah bersama orang yang ruku’ (Q.S. 2:43)
36. Shalat dan zakat kebaikan yang kamu perbuat untuk dirimu (Q.S. 2:110)
37. Shalat dan zakat (Q.S. 2:177)
38. Berkata yang baik, shalat, dan zakat (Q.S. 2:83)
39. Shalat dan zakat tidak ada ketakutan dan kesedihan (Q.S. 2:277)
40. Allah bersama kamu jika kamu shalat, zakat, dan beriman kepada Rasul (Q.S. 5:12)
41. Shalat, zakat, Ruku’ (Q.S. 5:55)
42. Taubat, shalat, dan zakat (Q.S. 9:11)
43. Iman dengan Allah dan hari akhir, shalat, dan zakat (Q.S. 9:18)
44. Shalat, zakat, thaat Allah dan Rasul (Q.S. 9:71)
45. Diwasiatkan shalat dan zakat selama masih hidup (Q.S. 19:31)
46. Menyuruh keluarga shalat dan zakat jadi orang yang diridhoi Allah (Q.S. 19:55)
47. Ditempatkan di bumi, shalat dan zakat (Q.S. 22:41)
48. Shalat, zakat, berpegang teguh dengan Allah (Q.S. 22:78)
49. Shalat, Zakat, dan Thaat Rasul (Q.S. 24:56)
50. Shalat dan zakat yakin dengan akhirat (Q.S. 27:3)
51. Shalat dan zakat yakin dengan akhirat (Q.S. 31:4)
52. Shalat, zakat, thaat Allah dan Rasul (Q.S. 33:33)
53. Shalat dan zakat Thaat Allah dan Rasul-Nya (Q.S. 58:13)
54. Shalat, zakat, Qiradh (meminjamkan untuk Allah) (Q.S. 73:20)

Minta tolong kepada Allah

55. Minta tolong dengan cara sabar dan shalat (Q.S. 2:45)
56. Minta tolong dengan cara sabar dan shalat (Q.S. 2:153)

Waktu-waktu shalat

57. Shalat wajib buat orang mu’min sebagai satu kitab yang diwaktukan (Q.S. 4:103)
58. Shalat wustha (di tengah)/ shalat 'Ashar (QS. 2 ayat 238)
59. Dirikan shalat dua tepi siang dan permulaan malam (Q.S. 11:112)
60. Shalat ketika tergelincir matahari sampai gelap malam (Q.S. 17:78)
61. Shalat fajar, zhuhur, dan ‘Isya (Q.S. 24:58)

Cara-cara shalat

62. Selesai shalat, ingatlah Allah sambil berdiri, duduk, dan berbaring (Q.S. 4:103)
63. Shalat dalam keadaan takut di ganggu orang yang kafir (Q.S. 4:101)
64. Shalat dalam keadaan perang (Q.S. 4:102)
65. Setelah merasa tenang, shalat seperti biasa. (Q.S. 4:103)

Generasi yang menghancurkan shalat

66. Datang generasi yang menyia-nyiakan shalat dan mengikuti nafsunya (Q.S. 19:59)
67. Apakah kamu melihat orang yang melarang hamba ketika shalat (Q.S. 96:10)
68. Apabila kamu memanggil shalat, mereka memperolok-olokkan (Q.S. 5:58)
69. Dan apabila mereka shalat, mereka berdiri dengan malas (Q.S. 4:143)
70. Orang kafir shalatnya malas-malasan (Q.S. 9:54)

Syarat-syarat shalat

71. Iman dengan keghaiban dan mendirikan shalat (Q.S. 2:3)
72. Takut sama Rabb karena suatu keghaiban, dirikan shalat (Q.S. 35:18)
73. Bacakan wahyu kitab dan dirikan shalat (Q.S. 27:45)
74. Pegang teguh Kitab dan mendirikan shalat (Q.S. 7:170)
75. Beriman kepada Al Qur'an, sebelum Al Qur'an, dan mendirikan shalat (Q.S. 4:162)
76. Membaca Kitab Allah dan mendirikan shalat (Q.S. 35:29)
77. Apabila mau shalat, berwudhu (Q.S. 5:6)

Tempat-tempat shalat

78. Shalat di samping rumah Allah sia-sia (Q.S. 8:35)
79. Jadikan rumah itu berhadapan dan dirikan shalat (Q.S. 10:87
80. Tempat berdiri Ibrahim dijadikan tempat shalat (Q.S. 2:125)

Ancaman-ancaman mengenai shalat
81. Maka dia tidak mau membenarkan Al Qur'an dan tidak mau shalat (Q.S. 75:31)
82. Neraka saqar buat orang yang tidak mau shalat (Q.S. 74:43)
83. Celaka orang yang shalat, yang lalai dari shalatnya (Q.S. 107:4)

Shalat khusus (memberi restu / dukungan) dengan huruf isti'la ('alaa)

84. Untuk mereka shalat dari Rabb mereka (QS. 2 ayat 156)
85. Dan janganlah kamu shalat di atas seorang dari mereka yang mati (Q.S. 9:84)
86.Ambillah sebahagian harta mereka untuk shadaqah dan shalatkanlah mereka (QS. 9 ayat 103)
87. Allah dan malaikat shalat atas nabi. Hai orang-orang yang beriman shalatlah atas mereka (QS. 33 ayat 56)
88. Dia Allah yang shalat atasmu dan juga para malaikat-Nya (QS. 33 ayat 43)

Shalawat (shalat-shalat) Rasul

89. Infak untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan shalat-shalat Rasul (QS. 9 ayat 99)

Pujian itu kepunyaan Allah!

Tidak ada komentar: