16 Juni 2009

SHALAT DI DALAM AL QUR'AN (Bagian 2)

Pada postingan pertama, kita telah mengetahui bahwa shalat adalah sebuah kendaraan untuk menuju tempat tujuan kita. Ada yang memang ikhlas karena Allah dan ada juga yang mempunyai tujuan lain. Apapun tujuan mereka, itu adalah urusan mereka nanti. Yang harus kita pikirkan sekarang adalah izin untuk melakukan shalat dan bagaimana melengkapi shalat kita dengan berbagai kelengkapan yang sudah Allah tentukan? Karena nanti yang akan ditanya bukan bagaimana cara kita melakukan shalat, tetapi Surat Izin Melaksanakan Shalat (SIMS) yang terdiri dari 114 surat dan 6.236 ayat beserta kelengkapannya yang dijelaskan pada fashal-fashal di dalamnya.

Seperti yang juga telah diuraikan sebelumnya bahwa shalat terbagi dua yaitu shalat secara ritual / tasbih (Hablumminallah) dan shalat secara aktual (Hablumminallah). Namun kedua-duanya adalah sama-sama sebuah kitab (tulisan / ketetapan). Yang pertama di buatkan waktunya dan yang keduanya tidak dibatasi waktunya artinya kapanpun bisa dilakukan.
Mengapa tasbih sama dengan shalat secara ritual atau shalat dengan cara bergerak?
Kebanyakan orang berpendapat bahwa tasbih adalah puji-pujian kepada Allah dan ucapan subhanallah. Ayat yang memerintahkan untuk bertasbih yang banyak mereka jadikan sebagai dasar perintah untuk memperbanyak pujian kepada Allah. Dengan berteriak-teriak memanggil Allah seperti orang-orang jahiliyah zaman dahulu. Kesannya Allah itu butuh pujian dan tuli. Mereka benar-benar menganggap Allah itu ghaib (tidak nyata dan ada di tempat yang jauh). Memuji Allah adalah kewajiban kita. Tapi mengganggap dengan memberikan pujian-pujian kepada Allah akan mengampuni dosa dan memberikan surga, jangan berkhayal. Allah tidak membutuhkan pujian. Tapi Allah hanya ingin melihat bagaimana bukti pengabdian dan pengorbanan kita kepada-Nya.

Tasbih berasal dari kata sabaha yang artinya berenang, bergerak, beredar, dan mengalir. Sabaha mendapat tasydid pada 'ain fiilnya atau pada huruf "ba" menjadi sabbaha. Sabaha adalah bergerak dan sabbaha adalah menggerakkan. Tasrif sabaha adalah: sabaha, yasbahu, sabhan,.. Tasrif sabbaha adalah: "sabbaha, yusabbihu, tasbiihan,... Sabaha mempunyai mashdar sabhan dan sabbaha mempunyai mashdar tasbiihan. Jadi, tasbih berasal dari kata sabbaha. Pengertian tasbih yang sebenarnya bukan hanya mengucapkan kata 'subhanallah' melainkan gerakan-gerakan ritual tertentu sambil memuji dan membesarkan Allah. Tasbih itu adalah gerakan shalat. Nama itu yang digunakan oleh malaikat untuk menamakan shalat mereka kepada Allah.
Shalat secara ritual / tasbih untuk manusia itu mempunyai waktu. Karena Allah mengetahui kehidupan manusia yang mempunyai kebutuhan biologis (makan, minum, berhubungan suami isteri, dan lain-lain) sehingga Allah memberikan kesempatan kepada manusia untuk memenuhi tuntutan hidup mereka dengan cara memberikan waktu yang sangat ringan dan tidak membebankan. Ada yang patut kita teliti tentang perjalanan shalat 5 waktu yang katanya melalui proses yang memberikan kesan bahwa Allah dan Nabi Muhammad itu bodoh dan Nabi Musa lah yang pandai, karena dengan seenaknya beliau (Musa) berkeliaran menembus pertahanan Allah, mendikte dan mengatur apa yang menjadi wewenang Allah. Apakah Allah dan Nabi Muhammad itu bodoh? Tidak, tetapi kitalah yang bodoh, karena dengan mudahnya mempercayai sesuatu yang tidak jelas kebenarannya, bertentangan dengan akal, dan Al Qur'an tanpa diselidiki lagi.
Yang benar adalah, shalat 50 waktu adalah dilakukan oleh malaikat siang dan malam. Dengan melakukan tasbih (pergerakan) dengan cara bersujud dan berputar dengan memuji Allah sambil mengelilingi arsy lalu melaksanakan perintah Allah dengan tugasnya masing-masing.
Darimana 50 waktu? 50.000 (naiknya para malaikat) dibagi 1.000 (naiknya perintah). Lalu kenapa bisa menjadi 5 waktu buat manusia? Wallahu 'alam. Tetapi kalau kita ingin mencoba mencari, kita gunakan salah satu angka di dalam Al Qur'an yaitu angka 19.
Angka 19 adalah angka yang menarik yang pernah ditemukan oleh alm. Rashad Khalifa pada beberapa hitungan di dalam Al Qur'an, tetapi tidak semuanya dengan angka 19. Angka-angka yang tertera di dalam Al Qur'an akan menjadi fitnah (ujian) bagi Al Qur'an itu sendiri dan Allah tidak menghendaki hal itu terjadi sehingga pada dua ayat terakhir surat At Taubah (128 dan 129) menggugurkannya. Tetapi sayang, ikhwan saya saya (alm. Rashad khalifah) membuangnya. Padahal kalau diteliti, apabila kedua ayat itu dijumlahkan dan ditambah angka suratnya maka bisa dibagi 19 ((128 + 129 + 9) : 19 = 14). Tetapi saya berterima kasih kepada beliau atas penemuan angka 19 tersebut. Sehingga menambah wawasan buat saya.
Mengapa saya menggunakan angka 19? Karena pada surat 74 ayat 30 dikatakan bahwa : "ambil karenanya sembilan belas" atau "atasnya sembilan belas" atau "di atasnya sembilan belas" atau "karenanya sembilan belas".. Apapun maknanya, semua merujuk kepada angka sembilan belas dapat dijadikan di atas hitungan sesuatu. Tetapi Allah mengingatkan juga, bahwa hitungan juga akan dijadikan fitnah oleh orang orang-orang yang kafir untuk melemahkan Al Qur'an (QS. 74 ayat 31). Sehingga angka itu bukanlah satunya angka ajaib di dalam Al Qur'an. masih ada angka 8 (Alhamdulillah saya menemukannya 5 tahun yang lalu di dalam Al Qur'an), masih ada angka 11, angka 1000, angka 950, dan sebagainya.
Angka 19 adalah jumlah huruf-huruf pada ayat pertama pada surat pertama di dalam Al Qur'an yaitu basmalah. Karena kita sedang mengkaji tentang shalat, maka kita mencari jumlah ayat tentang aktititas shalat yaitu 89 ayat. Disitu kita temukan angka 17 (8 + 9) dan itu adalah jumlah raka'at dari 5 waktu.
Kita coba untuk mencarinya jumlah waktu shalat itu dengan surat 89 (Al Fajr) sesuai dengan jumlah ayat tentang aktifitas shalat dan kebetulan Fajr itu juga salah satu waktu shalat. Karena jumlah surat itu baru 17, masih kurang 2 angka lagi untuk menjadi 19, maka kita tambahkan dua ayat dari surat 89 menjadi 8 + 9 + 2 = 19, kemudian kita lihat isi ayat tersebut. Ternyata di situ disebutkan angka 10 (dan malam ke sepuluh).
Apabila 50 waktu shalat yang dilakukan oleh malaikat kita bagi dengan angka 10 tadi, maka akan kita temukan angka 5. Angka 5 itulah yang akhirnya menjadi waktu kita melakukan shalat dengan tasbih (gerakan). 50 waktu dikerjakan oleh malaikat siang malam tanpa henti dan 5 waktu dikerjakan oleh orang-orang yang beriman.
Waktu shalat bukan 50 waktu berubah menjadi 5 waktu, yang akhirnya berkurang lagi, atau bahkan hilang seperti rekayasa hawa nafsu Ahli Kitab, tetapi sudah menjadi ketentuan dari Allah. Mengkaji Al Qur'an adalah meluruskan pandangan untuk mencari dan menemukan kebenaran meskipun bertentangan. Bukan untuk menghilangkan atau membuat-buat yang baru. Karena masalah-masalah itu telah berlalu 15 abad yang lalu dan telah berlaku hingga saat ini. 6.236 ayat masih harus digali kembali apabila kita ingin menghilangkan sesuatu, tetapi bukan untuk membuat sesuatu yang baru. Dan satu lagi yang menarik, 6.236 kalau dijumlahkan 6 + 2 + 3 + 6 = 17 atau ditambahkan seluruhnya 30 zuz + 114 Surat + 6.236 ayat menjadi 3 + 0 + 1 +1 + 4 + 6 + 2 + 3 + 6 = 26. 1 + 7 = 8 sama dengan 2 + 6 = 8. Dan ternyata itu masuk dalam satu 'Ijaz 'Adady (mukjijat angka-angka) Al Qur'an. Angka 8 adalah penjuru langit yang diduduki oleh 8 orang malaikat menjunjung Arsy (QS 69 ayat 17) dan ayat tersebut adalah 17. Al Qur'an menakjubkan bukan?


BUKTI BAHWA TASBIH ADALAH GERAKAN SHALAT


Shalat sebagai aktifitas di dalam Al Qur’an ada 89 ayat, 98 kali disebutkan, dan satu ayat tentang tempat shalat (mushala). Seperti yang telah kita hitung sabelumnya angka itu jumlahnya sama 8 + 9 = 17, 9 + 8 = 17.
Shalat bukan cuma gerakan ritual tetapi membaca Al Qur’an serta aktifitas ibadah lain juga adalah shalat. Seperti contoh surat 29:45.

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepada engkau dari isi Kitab, dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan Munkar....”

Di awal ayat kita diperintahkan untuk membaca kitab. Kemudian diperintahkan shalat dengan kata Aqimi (secara ritual), lalu Allah menyatakan bahwa shalat mencegah perbuatan keji dan munkar.
Apa yang membuat kita mengenal perbuatan keji dan munkar sehingga kita dapat menjauhkan diri dari perbuatan itu? Shalat secara ritualkah atau membaca dan memahami Al Qur’an? Bandingkan dengan surat 11:87.

Mereka berkata: “Hai syuaib apakah shalat engkau (ashshalaatuka) yang menyuruh engkau agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami berbuat apa yang kami mau tentang harta kami

Terjemahan Depag mengartikan ashshalatuka sebagai agamamu
Terjemahan H. Oemar Bakrie mengartikan shalat
Terjemahan H. Zainudin hamidy dan Fakhrudin HS mengartikan sembahyang (agama)
Terjemahan Al Bayan (H. Ashshiedieqy) mengartikan shalat-shalat
Terjemahan Rashad Khalifah mengartikan religion
Terjemahan M. Marmaduke Pickhtal mengartikan way of prayer

Nabi Syua’ib menyeru kaumnya untuk meninggalkan sembahan-sembahan mereka, tidak boleh mengurangi takaran maupun timbangan, dan merugikan hak-hak orang lain. Kaumnya menyebut seruan Nabi Syua’ib itu adalah shalat Nabi Syu’aib atau agama Nabi Syua’ib.
Bila shalat hanya diartikan sebagai gerakan ritual yang dilakukan dan bukan seruan Nabi Syu’aib, maka kaumnya tidak akan mengetahui apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Mereka hanya melihat Nabi Syu'aib ibadahnya setiap saat hanya diri, ruku', dan sujud, tanpa memberikan nasehat dan peringatan apa-apa kepada mereka.
Orang yang shalat secara ritual, harus membaca Kitab Al Qur’an, mempelajari dan mengerti isinya agar gerakan shalat ritual yang dilakukan bukan hanya gerakan shalat ritual biasa tanpa aktualisasi tujuan shalat sebenarnya (29:45) dan orang yang membaca Kitab Al Qur’an, mempelajari dan mengerti isinya, harus melakukan shalat secara ritual (35:29)

.
GENERASI PENGGANTI SETELAH NABI-NABI:


Mereka itu orang-orang yang Allah telah memberi nikmat atas mereka yaitu nabi-nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami telah angkut bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang Kami telah tunjuki dan Kami telah pilih. Apabila dibacakan atas mereka ayat-ayat Ar Rahman, mereka menyungkur sujud, dan menangis.
Maka datanglah sesudah mereka pengganti yang menyia-nyiakan shalat dan mengikuti keinginan. Maka kelak mereka akan menemui kesesatan. (19:58-59)


Mengerjakan shalat tanpa memahami makna shalat dan tujuan shalat yang sebenarnya sesuai dengan ayat-ayat Al Qur'an adalah sama halnya dengan generasi yang menyia-nyiakan shalat. Allah mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang tersesat.


BUMI, LANGIT, DAN SEMUA YANG ADA DI DALAMNYA BERTASBIH KEPADA ALLAH


Bertasbih kepada-Nya langit, bumi, dan apa yang ada di dalamnya. Dan tiadalah sesuatu melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, dan akan tetapi kamu tidak memahami tasbih mereka. Sesungguhnya Dia Maha Santun lagi Maha Pengampun (QS. 17 ayat 44)


BUMI ITU BULAT


Para ilmuwan menyatakan bahwa bumi itu adalah bulat. Pernyataan yang ditemukan abad modern ternyata telah diceritakan oleh Al Qur’an 15 abad yang lalu:

Dan bumi sesudah itu Dia membulatkannya (QS. 79 ayat 30)

Daha diartikan sebagai menghamparkan (Terj. Depag). Dan arti yang lain adalah telur. Pada Terj. Rashad Khalifah diartikan egg-shaped dan pada kamus Idris Al Marbawi ditemukan kata madhaa sebagai tempat telur dan pada kamus Al Munawwir ditemukan kata al uduhuwwah / al uduhiyyah / al uduhiyyu yang artinya sarang telur burung unta padang pasir.

Kalau sekiranya ada untuk kami berputar/berbalik (ke dunia), maka kami akan menjadi orang yang beriman.(QS. 26 ayat 102)

Karratan diartikan kembali lagi atau berputar ke dunia atau dunia. Karratan / kurratan dalam bahasa Arab disebut jismun mustadiir yang artinya barang bulat.

Dia telah menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dia menggulung malam atas siang dan menggulung siang atas malam. Dan Dia menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan untuk batas waktu yang ditentukan. Ingatlah, Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. 39 ayat 5)

Kawara artinya menggulung. Bagaimanakah cara menggulung? Samakah dengan melingkarkannya?


CARA BUMI, LANGIT, DAN YANG ADA DI DALAMNYA BERTASBIH


Allah menyatakan bahwa bumi, langit, dan apa yang di dalamnya bertasbih. Bagaimanakah mereka bertasbih?

Dan Dia yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan, masing-masing bergerak (beredar) pada falak (garis edar) (QS. 21 ayat 33)

Matahari tidak akan mungkin untuknya mencapai bulan dan malam tidak akan mungkin mendahului siang. Dan masing-masing bergerak (beredar) pada falak (garis edar) (QS. 36 ayat 40)

Di kedua ayat di atas menyebut kata yasbahun berasal dari kata sabaha yang artinya bergerak sedangkan kita menyebut sabaha sebagai tasbih. Itu berarti bahwa tasbih adalah bergerak.
Bagaimana bumi dan benda-benda langit bertasbih / bergerak? Tentunya mereka semua berputar membentuk lingkaran dan satu lingkaran penuh mempunyai sudut 360 derajat. Begitulah cara mereka bertasbih.


MALAIKAT BERTASBIH


Malaikat adalah hamba Allah yang selalu taat mengabdi kepada Allah dan selalu melaksanakan perintah Allah terhadap apa yang diperintahkan kepada mereka dan mereka tidak pernah durhaka (66:6).
Al Qur’an menyebut kata malaikat sebanyak 89 kali (8 + 9 = 17) dan di ayat 98 surat 2, Allah menyebut para malaikat dan nama 2 orang malaikat yaitu Jibril dan Mikail. Bila kita jumlahkan ayat itu, 9 + 8 + 2 = 19 (masuk dalam keajaiban angka 19.
Mereka selalu bertasbih kepada Allah siang dan malam tidak pernah berhenti. Siang dan malam berarti selama 24 jam nonstop tanpa istirahat

Dan kepunyaan-Nya yang di langit dan di bumi. Dan yang ada di sisi-Nya (para malaikat), mereka tidak sombong untuk mengabdi kepada-Nya dan mereka tidak mengeluh lelah. Mereka bertasbih malam dan siang tidak berhenti (QS. 21 ayat 20)

Jika kamu sombong, maka orang-orang yang ada di sisi Rabb-mu (para malaikat), mereka bertasbih kepada-Nya malam dan siang, sedang mereka tidak merasa jemu (QS. 41 ayat 38)


CARA MALAIKAT BERTASBIH


Hanya ada tiga surat yang menerangkan tentang turun dan naik malaikat yang berpasangan dengan kata Ruh.

Dia menurunkan malaikat dengan ruh dengan perintah-Nya atas siapa yang Dia mau dari hamba-hamba-Nya, yaitu : “Peringatkanlah oleh kamu sekalian, sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali Aku, maka hendaklah bertaqwa kepada-Ku” (QS. 16 ayat 2)

Naik para malaikat dan Ruh kepada-Nya pada satu hari yang ukurannya adalah 50 000 tahun (QS. 70 ayat 4)

Turun para malaikat dan Ruh di dalamnya dengan izin Rabb mereka dari segala perintah (QS. 97 ayat 4)

Coba Kita perhatikan:

PENJUMLAHAN MASING-MASING SURAT (16, 70, dan 97):

16 dijumlahkan menjadi 1 + 6 = 7
70 dijumlahkan menjadi 7 + 0 = 7
97 dijumlahkan menjadi 9 + 7 = 16 dijumlahkan menjadi 1 + 6 = 7

JUMLAH TOTAL SELURUH SURAT: 16 + 70 + 97 = 183

JUMLAH SELURUH AYAT-AYAT

Surat 16 ada 128 ayat
Surat 70 ada 44 ayat
Surat 97 ada 5 ayat
Kalau dijumlahkan jumlah ayatnya 128 + 44 + 5 = 177

Cara malaikat bertasbih adalah mengitari atau melingkari sekeliling Arsy, kemudian bertasbih.

Dan kamu akan melihat malaikat-malaikat berputar sekitar Arsy, mereka bertasbih dengan memuji Rabb mereka. Dan diputuskan di antara mereka dengan benar. Dan dikatakan: “Puji itu bagi Allah, Rabb semua alam” (QS. 39 ayat 75)

Haaffiina artinya berlingkar (Terj. Depag), melingkari (Tafsir Rahmat), berkeliling (Al Bayan), dan Floating around (Rashad Khalifah)

Apabila para malaikat berlingkar atau mengelilingi, itu artinya mereka membuat lingkaran dan sudut sebuah lingkaran penuh adalah 360 derajat.
Coba kita jumlahkan jumlah surat diatas (16 + 70 + 97 = 183) dengan jumlah ayatnya (128 + 44 + 5 = 177)
183 + 177 = 360.
360 derajat sudut 1 lingkaran penuh.

Surat 39 ayat 75 = 3 + 9 = 12 dan 7 + 5 = 12.
12 + 12 = 24
Malaikat bertasbih, memuji Allah, mengelilingi 'Arsy sehari semalam selama 24 jam.


MANUSIA BERTASBIH


Hanya ada 3 surat di dalam Al Qur’an yang nadanya sama seperti itu. Yaitu 57 ayat 1, 59 ayat 1, dan 61 ayat 1.

Bertasbih kepada Allah yang di langit dan di bumi. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Menghukum (QS. 57 ayat 1)
Bertasbih kepada Allah yang di langit dan yang di bumi. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Menghukum (QS. 59 ayat 1)
Bertasbih kepada Allah yang di langit dan yang di bumi. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Menghukum (QS. 61 ayat 1)

Coba kita perhatikan:

57 ayat 1 apabila kita hitung 5 + 7 = 12 menjadi 12 + 1 = 13 menjadi 1 + 3 = 4
59 ayat 1 apabila kita hitung 5 + 9 = 14 menjadi 14 + 1 = 15 menjadi 1 + 5 = 6
61 ayat 1 apabila kita hitung 6 + 1 = 7 menjadi 7 + 1 = 8

Jumlah akhir perhitungan di atas adalah 4, 6, dan 8 dengan jarak antara surat di atas adalah 2 dan jarak antara ayat di atas adalah 1


PERHITUNGAN I DARI TIGA SURAT DI ATAS:

Jumlah akhir (4, 6, 8) dapat ditemukan di surat 73 ayat 20 yang menerangkan tentang pembagian shalat. Pada ayat tersebut (QS. 73 ayat 20) ada tertulis bilangan 2/3, 1/2, dan 1/3. Bilangan-bilangan tersebut kita kalikan 12.

2/3 X 12 = 8
1/2 X 12 = 6
1/3 X 12 = 4
Ditemukan 4, 6, 8
(Angka 12 diambil dari keterangan waktu malam yang disebutkan pada ayat ayat tersebut. Apabila sehari semalam adalah 24 jam, maka setengahnya (malam) adalah 12 atau diambil dari jumlah dari 73 ayat 20 (7 + 3 + 2+0 = 12)


PERHITUNGAN II DARI TIGA SURAT DI ATAS:

Jumlah akhir (4, 6, 8) kita bagi dengan jarak antara surat yaitu 2, maka menjadi:

4 : 2 = 2
6 : 2 = 3
8 : 2 = 4

Ditemukan angka 2, 3, 4 dan itu adalah Janah (diartikan sayap) malaikat dalam melakukan tasbih (QS. 35 ayat 1).
Jumlah 2 + 3 + 4 = 9 sama dengan jumlah surat dan ayat tersebut 3 + 5 + 1 = 9.
Angka 9 juga disebutkan sebagai mu’jijat Nabi Musa (17:101) yang salah satunya adalah memasukkan tangan ke janah (diartikan ketiak) (QS. 28 ayat 32)
Burung juga shalat dan tasbih (QS. 24 ayat 41). Allah memerintahkan kita untuk memperhatikan burung (QS 16 ayat 79 dan QS. 67 ayat 19. Perhatikan angka-angka pada dua surat dan ayat tersebut! Dengan isi yang sama, letak ayat dan suratnya hanya ditukar).
Burung mempunyai janah (diartikan sayap) dan mereka adalah umat-umat yang seperti kamu (QS. 6 ayat 38 - 6 + 3 + 8 = 17. Sama dengan jumlah ayat-ayat tentang shalat yang berjumlah 89 buah (8 + 9 = 17) dan disebutkan di dalam Al Qur’an 98 kali (9 + 8 = 17).

2, 3, 4 adalah jumlah raka’at yang paling sedikit 2 dan paling banyak 4. Ada yang genap (2, 4) dan ada yang ganjil (QS. 89 ayat 3)
2, 3, 4 apabila dibuat menjadi 2:34 adalah ayat tentang sujudnya malaikat
2, 3, 4 apabila dibuat menjadi 2:43 adalah ayat-ayat tentang perintah shalat juga ruku’
Raka'at diambil dari kata raka'a (ruku'). Al Qur'an menyebut kata ruku' sebanyak 13 kali.
Mashdar kata raka'a adalah rak'atun yang artinya ruku (sekali) dan jamaknya adalah raka'aat yang artinya ruku'-ruku' (lebih dari sekali). Mengapa kita menyebut selalu raka'aat bukan rak'at? Karena jumlah banyaknya ruku' di dalam shalat paling sedikit adalah 2 (Shubuh/Fajar shidieq), paling banyak adalah 3 (Maghrib) dan 4 (Zhuhur, Ashar/Wustha, 'Isya) tidak ada yang 1.


PERHITUNGAN III DARI TIGA SURAT DI ATAS:

Angka 17 ditemukan beberapa kali di dalam hitungan dan kita juga mengatakan bahwa shalat mempunyai 17 rakaat. Apabila kita tambah dengan shalat sunat sebelum dan sesudah maka jumlahnya menjadi:

2 (shalat sunat sebelum) + 2 (subuh) + 2 (shalat sunat sesudah) = 6
2 (shalat sunat sebelum) + 4 (zuhur) + 2 (shalat sunat sesudah) = 8
2 (shalat sunat sebelum) + 4 (Ashar/wustha) + 2 (shalat sunat sesudah) = 8
2 (shalat sunat sebelum) + 3 (Maghrib) + 2 (shalat sunat sesudah) = 7
2 (shalat sunat sebelum) + 4 (‘Isya) + 2 (shalat sunat sesudah) = 8

Didapatkan angka 6, 8, 8, 7, 8. Bila dijumlahkan 6 + 8 + 8 + 7 + 8 = 37. Di mana kita bisa menemukan angka 37 tersebut dalam perhitungan 3 surat dan ayat tentang tasbih diatas?

57 ayat 1 kita jumlahkan menjadi 5 + 7 + 1 = 13
59 ayat 1 kita jumlahkan menjadi 5 + 9 + 1 = 15
61 ayat 1 kita jumlahkan menjadi 6 + 1 + 1 = 8
Jumlah total 13 + 15 + 8 = 36
36 kita tambahkan dengan jarak ayat surat tersebut di atas yaitu 1, maka menjadi 36 + 1 = 37
Kita dapatkan angka 37


DASAR GERAKAN MANUSIA SHALAT ADALAH: BERDIRI, RUKU’, DAN SUJUD (QS. 22 ayat 26)

Berdiri menghadap kiblat adalah setengah lingkaran 360 X 1/2 = 180 derajat
Ruku’ membentuk sudut 90 derajat
Sujud membentuk sujud 45 derajat
Jumlah 180 + 90 + 45 = 315 derajat
Ternyata hitungan itu tidak sampai 360 derajat atau satu lingkaran penuh. Apakah itu berarti perhitungannya meleset? Tidak.
Kita diingatkan dengan ayat yang menyatakan “bolak-balik kamu dalam sujud (QS. 26 ayat 219) ”. Itu berarti 2 X sujud (45 X 2 = 90). maka jumlahnya menjadi:

180 + 90 + 90 = 360 derajat

Bumi bertasbih dengan membentuk sudut 360 derajat, malaikat bertasbih dengan membentuk sudut 360 derajat dan manusia juga bertasbih membentuk sudut 360 derajat.
Tasbih adalah gerakan shalat. Gerakan shalat bumi dan isinya adalah berputar pada falak (garis edar) nya, gerakan shalat malaikat berputar mengelilingi arsy pada maqamnya, gerakan shalat manusia adalah berdiri, ruku’, dan sujud pada maqamnya
Falakun jamaknya fulkun, fulukun, atau aflaakun artinya peredaran planet
Maqam jamaknya maqaamaatun artinya tempat berdiri atau masa/waktunya.

Tasbih atau gerakan shalat ada dari dahulu dan dikerjakan oleh semua mahluk dengan masing-masing cara yang tidak kita mengerti secara mendetail seperti yang digambarkan oleh Al Qur’an agar kita mengerti bahwa pada hakekatnya semua punya kewajiban yang sama yaitu taat beribadah kepada Allah.
Kata shalat itu sendiri baru dikenalkan kepada Nabi Ibrahim sekaligus sebagai imam pertama dengan diajarkan bagaimana tasbihnya atau gerakan yang harus dilakukan beliau. (QS. 2 ayat 124, 2 ayat 127-128). Ketika gerakan ritual itu mulai memudar, maka Allah mengutus Nabi Muhammad untuk meneruskan apa yang pernah diperbuat oleh Nabi Ibrahim (QS. 16 ayat 123) sekaligus sebagai nabi terakhir.
Mengapa Nabi Muhammad? Karena sekian banyaknya orang Arab yang kafir dan munafik, Nabi Muhammad lah yang tetap berpegang teguh kepada ajaran yang hanif mengikuti jejak Ibrahim, sehingga disebutkan di dalam Al Qur’an sebagai orang yang paling dekat (QS. 3 ayat 68). Mungkin banyak yang mengartikan dekat karena Nabi Muhammad masih keturunannya. Tapi saya lebih yakin, keturunan bukan berarti keyakinannya sama. Contoh : Nabi Nuh dan anaknya, Ibrahim dan bapaknya.
Ketika Ibrahim bermohon kepada Allah untuk mengangkat imam dari keturunannya juga, Allah hanya menjawab: “Janji-Ku tidak sampai kepada orang yang zhalim (2:124)”

Catatan tambahan:
Angka 8 adalah juga angka ajaib di dalam Al Qur’an selain angka 10, 11 dan 19. Tapi semua angka-angka di dalam Al Qur’an adalah itu adalah:
1. Fitnah untuk orang yang kafir
2. Supaya orang yang punya Al Qur’an itu yakin dengan Qur’annya
3. Supaya orang yang beriman bertambah imannya kepada Al Qur’an
4. Supaya orang yang punya kitab dan orang yang beriman tidak meragukan keaslian apa yang ada di dalam Al Qur’an. Baik itu kalimatnya, susunan ayat-ayatnya, maupun jumlahnya. Karena Allah sudah memeliharanya (QS. 15 ayat 9)
5. Supaya orang yang punya penyakit dalam hatinya dan orang yang kafir kebingungan dalam ketidakmengertiannya

Tidak perlu menghilangkan atau menambahkan Al Qur’an. Angka-angka di dalam Al Qur’an adalah angka ajaib, hanya menunjuki kepada kecerdasan (QS. 72 ayat 1-2) dan hanya digunakan untuk memperbaiki dan meluruskan apa yang telah kita kerjakan agar sesuai dengan perintah Al Qur’an seperti: shalat, puasa, infak, dan kebiasaan-kebiasaan ibadah lainnya; bukan untuk merubah Al Qur’an yang sudah ada atau menambahkan (QS. 6 ayat 115)

(Allah) Yang Mengetahui keghaiban itu, maka Dia tidak mendetailkan atas keghaibannya kepada seorangpun.
Kecuali siapa yang Dia ridhai dari para Rasul-Nya, maka sesungguhnya Dia akan mengadakan pengintai dari hadapan dan dari belakang nya,
Supaya Dia mengetahui bahwa sungguh mereka (para rasul) telah menyampaikan risalah-risalah Rabb mereka dan Dia meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghinggakan segala sesuatu dengan hitungan (QS. 72 ayat 26-28)

Diatasnya adalah sembilan belas. Dan Kami tidak menjadikan penjaga neraka melainkan para malaikat. Dan Kami tidak menjadikan hitungan-hitungan mereka melainkan sebagai fitnah buat orang yang kafir, supaya orang-orang yang diberi kitab yakin, supaya orang-orang yang beriman bertambah imannya, dan supaya orang-orang yang diberi kitab dan orang yang beriman tidak ragu, dan supaya orang-orang yang dalam hati mereka ada penyakit dan orang-orang yang kafir berkata: “Apa yang Allah kehendaki dengan perumpamaan ini?” Seperti itulah Allah menyesatkan siapa yang Dia mau dan menunjuki siapa yang Dia mau. Dan tiada yang mengetahui tentara Rabbmu melainkan Dia. Dan tiadalah hitungan itu melainkan pengajaran buat manusia.(QS. 74 ayat 30-31)

Angka 17 yang didapat dari 8 + 9 atau 9 + 8 melambangkan jumlah raka’at shalat 5 waktu. Yang kalau dijumlahkan 1 + 7 = 8.
8 malaikat berada di sudut-sudut langit memikul Arsy Allah dan kita mengetahui bahwa arah mata angin ada 8 penjuru (Timur, Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat, Barat Laut, Utara, Timur Laut) (QS. 69 ayat 17.
Ayat 17 = 1 + 7 = 8.
Lingkaran mempunyai 360 derajat dan 8 malaikat berada di setiap sudut. 360 : 8 = 45. Sudut 45 derajat di bentuk ketika orang itu bersujud. 4 + 5 = 9 sama dengan jumlah surat 2 ayat 34 menceritakan tentang malaikat bersujud 2 + 3 + 4 = 9.
Yang terpenting dari semua itu bukanlah hitungan angka-angka yang menakjubkan, melainkan bagaimana jelas sekali bahwa Al Qur'an bukan buatan manusia, tetapi buatan Sang Maha Pencipta yang Maha Pandai, Maha Kuasa, Dan Maha Mengetahui.

Jangan biarkan orang-orang kafir membelenggu kita dengan riwayat-riwayat yang tidak jelas yang tidak diturunkan di dalam Al Qur'an sehingga kita menjadi seperti katak dalam tempurung. Melompat sama dengan katak pada umumnya, tapi sayang lompatannya hanya sebatas langit-langit tempurung yang menutupinya. Marilah kita kembali kepada Al Qur'an yang akan mempertinggi dan memperjauh lompatan kita, sehingga kita akan mampu menembus langit yang membutuhkan waktu 50.000 tahun untuk menembusnya. Jangan sampai tradisi dan peraturan-peraturan agama yang dibuat oleh hawa nafsu manusia membuat hati dan akal kita menjadi sempit.

Pujian itu kepunyaan Allah!

Tidak ada komentar: