16 Juni 2009

SHALAWAT

PENGERTIAN SHALAWAT

Bentuk tunggal dari kata shalawat adalah shalat. Shalawat artinya shalat-shalat. Shalawat mempunyai makna sama dengan shalat hanya kuantitas yang berbeda. Tetapi ada hal yang harus diperhatikan, bahwa shalat yang ditujukan kepada sesuatu / seseorang dengan kata 'Alaa (atas, terhadap) artinya bukan shalat secara ritual tetapi lebih berkaitan kepada aktual. Shalla 'alaa artinya adalah memberi restu dan dukungan secara moral dengan membacakan ayat-ayat Allah terhadap...
Beberapa kata shalaa berhadapan dengan kata 'alaa di dalam Al Qur'an:

Mereka itulah atas ('alaa) mereka restu dan dukungan dari Rabb mereka dan rahmat-Nya. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. 2 ayat 157)

Dan janganlah engkau memberi restu dan dukungan atas ('alaa) seorang dari mereka yang mati selamanya, dan janganlah kamu berdiri di atas kuburnya. Sesungguhnya mereka kafir dengan Allah dan Rasul-Nya, dan mereka mati sedang mereka fasik. (QS. 9 ayat 84)

Ambillah dari harta-harta mereka sebagai shadaqah untuk membersihkan mereka dan mensucikan mereka dengannya dan berikan restu dan dukungan atas ('alaa) mereka. Sesungguhnya restu dan dukungan engkau ketenangan untuk mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. 9 ayat 103)

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya memberikan restu dan dukungan atas ('alaa) Nabi. Hai orang-orang yang beriman, berikanlah restu dan dukungan atas ('alaa) nya dan islamlah kamu dengan islam yang sebenarnya (QS. 33 ayat 56)

Dia (Allah) yang memberi restu dan dukungan atas ('alaa) kamu dan para malaikat-Nya untuk mengeluarkanmu dari kegelapan kepada cahaya. Dan adalah Dia sangat penyayang terhadap orang-orang yang beriman. (QS. 33 ayat 43)

Al Qur'an adalah bagian shalat; shalat dalam arti kata hablumminallah atau zikrullah. Tetapi tidak cukup hanya membaca Al Qur'an lalu kita mengatakan sudah melaksanakan shalat, karena Al Qur'an hanya semacam surat izin untuk melaksanakan shalat. Di dalam Al Qur'an dijelaskan bagaimana cara kita melaksanakan shalat baik secara ritual maupun aktual. Banyak hal yang dijelaskan oleh Al Qur'an sebagai rambu-rambu dan kelengkapan dari kedua macam shalat tersebut. Karena Al Qur'an adalah perwujudan shalat-shalat tersebut, maka bisa dikatakan bahwa Al Qur'an adalah shalawat (shalat-shalat) yang berarti 'restu dan dukungan'. Dengan memiliki, mempelajari, dan memahami isi Al Qur'an dan melaksanakan kebaikan-kebaikan yang terdapat di dalamnya, maka restu dan dukungan akan kita dapatkan; baik itu dari Allah maupun dari Rasul. beberapa hal yang harus diperintahkan untuk orang yang hendak mendirikan shalat:

1. Berpegang teguh dengan Kitab Allah dan mendirikan shalat (QS. 7 ayat 170)
2. Tela'ahlah apa yang diwahyukan kepada engkau dari Kitab dan dirikanlah shalat (QS. 29 ayat 45)
3. Membaca Al Qur'an dan mendirikan shalat (QS. 35 ayat 29)


Apabila kita telah memiliki, membaca, mempelajari, memahami dan berpegang teguh dengan Al Qur'an, maka izin baru bisa kita dapatkan untuk mendirikan shalat. Tanpa izin itu, shalat kita hanya berputar-putar di sekeliling kita dan tidak dapat menuju tempat terjauh lagi. Dapat dilihat oleh mata manusia, tetapi tidak bisa menjadi mi'raj menuju kepada Allah.
Bersabar dalam menerima ujian dan selalu melakukan kebaikan-kebaikan di antaranya infaq, shadaqah, zakat dan lain-lain, baik itu dalam keadaan lapang maupun sempit, maka Allah dan Rasul akan memberikan restu dan dukungan (shalawat) kepadanya.


SHALAWAT (RESTU DAN DUKUNGAN) DARI ALLAH BUAT HAMBANYA.


Hai orang-orang yang beriman, minta tolonglah kamu dengan (jalan) sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.
Dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang terbunuh di jalan Allah “Mati”. Sebenarnya mereka hidup dan akan tetapi kamu tidak sadar.
Dan benar-benar Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, diri, dan buah-buahan. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang sabar.
Orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: “Sesungguhnya kami kepunyaan Allah dan sesungguhnya kami akan dikembalikan kepada-Nya.”
Mereka itulah atas ('alaa) mereka restu dan dukungan dari Rabb mereka dan rahmat-Nya. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. 2 ayat 153-156)


Ayat pertama memerintahkan kita untuk sabar dan (mencari / mendirikan) shalat. Shalat pertama adalah shalat yang kita kerjakan baik secara ritual maupun aktual dan shalat yang kedua adalah restu dan dukungan dari Allah. tapi sebelum itu kita dapatkan, maka langkah pertama adalah sabar. Masih ingatkah kita, bahwa dengan sabar dalam shalat mampu menembus dimensi waktu 50.000 tahun hanya dengan sekejap?
Terbunuh pada ayat kedua, dalam arti kata luas. Banyak sekali orang-orang yang ekonominya sempit serta dimusuhi dan dikucilkan oleh orang lain padahal dia adalah orang yang baik dan taat beribadah kepada Allah. Apakah dia disiksa oleh Allah? Tidak. Justeru dia adalah orang yang hidup jiwanya dengan nur Allah. Karena yang menimpanya adalah ujian. Ujian dari Allah disebutkan pada ayat ketiga dan sabar adalah respon yang harus kita tunjukkan terhadap semua ujian Allah kalau kita ingin mendapat pertolongan Allah seperti yang disebutkan pada ayat pertama. (sabar dan shalat) di antaranya adalah menyadari bahwa pada hakekatnya apa yang menjadi milik kita adalah kepunyaan Allah dan akan kembali kepada Allah. Jadi kita harus ikhlas melakukan kebaikan-kebaikan (kelengkapan shalat) dan sabar melaksanakannya.
Pada ayat terakhir baru kita bisa mendapatkan semua shalat (shalawat). Artinya, Allah akan memberikan restu dan dukungan terhadap apa yang kita kerjakan bahkan memberikan rahmat karena kita sudah mengikuti petunjuk yang Allah berikan di dalam Al Quran (surat izin-Nya).


SHALAWAT (RESTU DAN DUKUNGAN) DARI RASUL BUAT UMATNYA.


Dan di antara Orang Arab itu ada yang beriman dengan Allah dan hari akhir dan mereka menjadikan apa yang dia infakkan sebagai pendekatan di sisi Allah dan sebagai shalawat rasul. Ketahuilah, sesungguhnya itu adalah satu pendekatan untuk mereka (kepada Allah). Kelak Dia akan memasukkan mereka dalam rahmat-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 9 ayat 99)

Pada ayat tersebut mengatakan bahwa infak adalah satu jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah sebagai bukti beriman dengan-Nya dan hari akhir. Dan infak itu adalah jalan untuk mendapatkan semua shalat (shalawat) Rasul. Artinya, Rasul akan memberikan restu dan dukungan terhadap apa yang kita kerjakan dan Allah akan memasukkannya ke dalam rahmat-Nya.


SHALAWAT (RESTU DAN DUKUNGAN) ALLAH DAN MALAIKAT-NYA BUAT NABI DAN RASUL.


Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya memberikan restu dan dukungan atas ('alaa) Nabi. Hai orang-orang yang beriman, berikanlah restu dan dukungan atas ('alaa) nya dan islamlah engkau dengan islam yang sebenarnya (QS. 33 ayat 56)

Dia (Allah) yang memberi restu dan dukungan atas ('alaa) kamu dan para malaikat-Nya untuk mengeluarkanmu dari kegelapan kepada cahaya. Dan adalah Dia sangat penyayang terhadap orang-orang yang beriman. (QS. 33 ayat 43)

Dia yang telah menurunkan atas abdi-Nya ayat-ayat yang terang untuk mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang terhadapmu. (QS. 57 ayat 9)


Allah dan para malaikat bershalawat kepada Nabi Muhammad. Arti bershalawat di sini bukan membacakan doa-doa seperti yang kita anggap sebagai shalawat kita kepada Nabi, melainkan Allah dan para malaikat memberikan restu dan dukungan terhadap Nabi dengan ayat-ayat Al Qur'an yang di dalamnya ada petunjuk dan penerangan buat beliau, janji dari Allah dan ancaman bagi yang mengingkarinya. Hal itu dijelaskan pada ayat kedua, bahwa shalawat itu bertujuan untuk mengeluarkan dari gelap kepada terang kemudian wujud shalawatnya dijelaskan pada ayat ketiga yaitu ayat-ayat Al Qur'an. Rahmat (kasih sayang) Allah adalah menjadi dasar, mengapa Allah dan malaikat bershalawat kepada beliau dan juga kepada seluruh manusia. Penjelasan tentang itu disebutkan pada akhir dua ayat terakhir.
Jadi sebenarnya shalawat itu adalah isi dari Kitab yang Allah turunkan, dibawa turun oleh malaikat dan disampaikan oleh Rasulullah. Itulah wujud dari shalawat yang sebenarnya. Restu dan dukungan dari Allah, malaikat, serta nabi dan rasul kepada kita semua.


SHALAWAT (RESTU DAN DUKUNGAN) ORANG-ORANG YANG BERIMAN TERHADAP NABI DAN RASUL.


Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya memberikan restu dan dukungan atas ('alaa) Nabi. Hai orang-orang yang beriman, berikanlah restu dan dukungan atas ('alaa) nya dan islamlah engkau dengan islam yang sebenarnya (QS. 33 ayat 56)

Shalawat yang kita tujukan buat Nabi dan Rasulullah Muhammad, bukanlah shalawat seperti yang beredar dan menjadi doa dan bacaan tradisi buatan para penulis-penulis dahulu. Itu semua dibuat untuk menjauhkan orang-orang Islam dari memahami Al Qur'an dan itu tidak lain hanyalah prasangka dan dugaan, sehingga membuat kita ketinggalan dan lemah dalam menggunakan akal sehat kita seperti yang saya pernah baca pada buku yang berjudul "40 Keutamaan dan Keistemewaan SHOLAWAT" karangan Abdullah Afif Thaifuri yang isinya benar-benar memabukkan dan mematikan akal sehat kita serta menjauhkan kita dari pengertian tujuan dari Rasulullah Muhammad diutus sebenarnya. Bertolak belakang dengan artikel yang pernah saya baca pada Majalah Salafy yang berjudul 'Ghuluw pada shalawat', edisi VII/Shafar/1417/1996 tentang shalawat yang beredar di kalangan umat Islam seperti Shalawat Al Masyisyiyah, Shalawat Nariyah, Shalawat Al Fatih, Shalawat Al Basyisyah, Shalawat Burdatul Bushiri, Shalawat Al Badriyah, dan ada beberapa lainnya dikatakan bid'ah dan menyesatkan bahkan penjelasan-penjelasannya dikuatkan dengan Al Qur'an dan Hadits. Tetapi yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, mengapa masih saja orang-orang muslim masih percaya bahwa bacaan-bacaan shalawat itu mampu merubah nasib dan menyelamatkan dari siksa Allah dunia dan akhirat padahal sudah jelas Al Qur'an dan hadits yang mereka percayai dan imani selama ini menentangnya? Apabila ingin washilah, bukan kepada Nabi Muhammad, tetapi kepada Allah langsung dengan cara bertaqwa dan bersungguh-sungguh atasnya (QS. 5 ayat 35).
Shalawat kepada Nabi sudah dijawab pada akhir ayat (QS. 33 ayat 56) yaitu kita mematuhi segala perintahnya yang dia sampaikan dari Al Qur'an dengan ikhlas tanpa sempit dada, meskipun bertentangan dengan tradisi yang selama ini kita yakini sebagai sesuatu yang ajaran Islam (QS. 4 ayat 65, 33 ayat 36, 7 ayat 2-3). Kembali kepada Al Qur'an satu-satunya membuka pemahaman kita kepada cakrawala pengetahuan yang lebih luas ke depan. Jangan menjadi seorang muslim yang cuma berputar-putar di dalam tempurung (takhayul, bid'ah, churafat, dan lain-lain selain Kitab Al Qur'an). Kitab Hadits karangan 'ulama-'ulama dahulu jangan dibuang, karena itu adalah karya pemikir-pemikir dahulu dan bisa dijadikan sumber bacaan untuk menambah wawasan dalam kehidupan sosial seperti halnya kita membaca buku-buku filsafatnya aristoteles yang kemudian diikuti oleh Ibn Rusyd, psikologinya Sigmeund Freud, fisikanya Albert Einstein, matematikanya Euclid, Ekonominya Adam Smith dan lain-lain atau mendongengkan anak-anak seperti The Adventures of Phinocchio (Carlo colloci), The Adventures of Tom Sawyer (Mark Twain), Frankenstein (Mary Wollstonecraft shelley), dan lain-lain. Kenapa saya memberi contoh cerita buku berbahasa inggris? Bukankah kita suka membaca kitab dengan bahasa lain yang sebenarnya kita tidak mengerti artinya seperti Bahasa Arab selain Al Qur'an?

Di dalam masalah keduniawian, tidak ada yang dilarang untuk mempelajari sesuatu yang baik dan mendukung kehidupannya. Tetapi di dalam masalah akhirat, hanya Al Qur'an yang harus dipelajari, dipegang teguh, diimani dan diyakini, karena Al Qur'an yang akan menjadi muhaimin (penguji) buat kebenarannya. Apabila itu benar sesuai dengan tuntunan Al Qur'an, maka layak diterima. Seandainya tidak sesuai dengan tuntunan Al Qur'an, maka tidak layak diterima.
Tidak ada satupun yang berhak menjadi sekutu dalam menjalankan hukum-hukumnya (QS. 18 ayat 26) bahkan menolaknya (QS. 13 ayat 41) atau menggantikan posisi Al Qur'an sehingga bisa menghapus hukum didalamnya (QS. 10 ayat 15).
Al Qur'an hanya bisa dijelaskan oleh Kitab Al Qur'an itu sendiri (QS. 10 ayat 37) dan hanya bisa dihapus dan digantikan oleh Al Qur'an itu sendiri (QS. 2 ayat 106). Mengkaji alam semesta termasuk diri kita adalah untuk membuktikan kebenarannya.

Marilah kita kembali kepada Al Qur'an untuk mengkaji, mengimani, dan mengamalkan isinya!

Pujian itu kepunyaan Allah!

Tidak ada komentar: