11 Oktober 2009

GEMPA ADALAH ISYARAT UNTUK KEMBALI KEPADA AL QUR’AN UNTUK MENJADI MUSLIM YANG SEBENARNYA

ADA APA DENGAN INDONESIA?


Akhir-akhir ini di Indonesia sering terjadi bencana di mana-mana seperti banjir, tanah longsor, teror bom, dan gempa. Indonesia memiliki titik gempa terbanyak saat ini dan sedang menjadi sorotan dunia. Ada apa dengan Indonesia?

Beberapa waktu yang lalu, Indonesia adalah negeri yang makmur, gemah ripah loh jinawa dan mendapat julukan Zamrud Khatulistiwa. Banyak bangsa-bangsa asing tertarik datang ke Indonesia untuk menguasai dan mengeruk kekayaan Indonesia. Karena sangat kayanya sampai diabadikan dalam sebuah lirik lagu yang berjudul “KOLAM SUSU” dengan kalimat: “Orang bilang tanah kita tanah surga. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman.” Masihkah lirik itu berlaku setelah terjadi krisis berkepanjangan baik secara material maupun spiritual? Jangankan tongkat kayu dan batu, padi ditanam saja banyak yang tidak berisi.

Di Indonesia terkenal dengan tata karma ketimuran. Kejujuran, ketulusan, keramahan, dan sebagainya terlihat pada sikap bangsa Indonesia. Masihkah kata-kata itu dipredikatkan di Indonesia setelah dialog secara lapang dada dan rendah hati di hilangkan, sedang kekerasan, keangkuhan, dan kebodohan diperlihatkan di mana-mana? Zhahirnya kita katakan bahwa bangsa Indonesia telah merdeka, tetapi batinnya sebenarnya kita masih terjajah. Terjajah oleh hawa nafsu kita sendiri sehingga kita menjadi orang yang paling bodoh yang selalu anarkis dan ikut-ikutan.

Saya katakan bahwa Indonesia adalah negara timur kedua setelah Negara-negara Arab. Mengapa demikian? Karena Islam lahir di Negara-negara Arab dan Indonesia adalah Negara yang memiliki mayoritas penduduk memeluk agama Islam di dunia. Bisa dikatakan pula bahwa Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memikul amanat dari Allah dengan menerima Islam sebagai agama mereka yang suatu saat nanti Allah akan menegur mereka dengan keras apabila mereka tidak melaksanakan amanat itu dengan sebaik-baiknya. Di pundak bangsa Indonesialah, amanat islam di sandarkan. Apabila amanat itu diabaikan, maka bersiap-siaplah kehancuran akan datang, dan itu artinya kehancuran buat semua atau KIAMAT AKAN DATANG…jadi bersegeralah kita membenahi diri; memperbaiki apa yang telah ada dan memperbanyak amal kebaikan. Kembalilah kepada Al Qur’an sebagaimana pesan beberapa kejadian yang terjadi yaitu gempa (rajapa) di beberapa daerah di Indonesia yaitu: Tasik jam 15:04 (Surat 15 ayat 4), di Padang jam 17:16 (Surat 17 ayat 16) dan jam 17:58 (Surat 17 ayat 58), serta di Jambi jam 08:52 (Surat 8 ayat 52).


AL ASYRAATHU MINALLAH (TANDA-TANDA/ALAMAT DARI ALLAH)


Sebelum terjadinya hari kiamat (berdirinya para saksi) sebagai bencana terbesar yang terjadi di alam, Allah memberikan tanda-tandanya berupa bencana-bencana, meskipun terlihat besar, namun pada hakekatnya itu adalah bencana kecil. Tujuan Allah memperlihatkannya adalah agar manusia mau kembali ke jalan yang benar. Bersegera mengingat Allah dengan melihat dan mengkaji firman-firman-Nya (Al Qur’an) serta memperbanyak amal kebaikan dengan ikhlas sebagai tanda syukur kepadanya. Jangan sampai ketika datang hari yang Allah janjikan itu kita baru bertaubat dan kembali kepada-Nya

Maka tidaklah yang mereka tunggu melainkan sa’at itu (kiamat) yang datang kepada mereka dengan tiba-tiba. Maka sesungguhnya tanda-tandanya telah datang. Maka bagaimanakah (dapat berguna) peringatan mereka apabila sa’at itu mendatangi mereka? (QS. 47 ayat 18)

Allah memberikan peringatan kepada kita sebelum datang bencana yang sangat besar itu agar kita segera memperbaiki diri kita. Tetapi yang terjadi adalah, di saat bencana datang, semua manusia takut dan bermohon kepada Allah, namun tak lama kemudian mereka kembali lalai dan berpaling dari peringatan Allah.

Telah dekat kepada manusia perhitungan mereka sedang mereka dalam kelalaian lagi berpaling. Tidak datang kepada mereka peringatan yang baru dari Rabb mereka melainkan mereka mendengarkannya sedang mereka bermain-main. (QS. 21 ayat 1-2)

Kelalaian manusia adalah di saat dia dalam keadaan senang, aman, dan makmur, dia tidak berharap ingin bertemu dengan Allah dan merasa senang dengan keadaan itu. Dia tidak ingat ibadah dan sibuk dengan kesenangan dunianya. Dia tidak menggunakan hati, mata, dan telinga untuk mengkaji ayat-ayat Allah, sehingga kedudukan dia sama dengan binatang ternak.

Sesungguhnya orang-orang yang tidak berharap bertemu dengan Kami dan mereka senang dengan kehidupan dunia dan merasa tentram dengannya dan orang-orang yang mereka lalai dari ayat-ayat Kami. Mereka itulah tempat tinggal mereka adalah api neraka karena apa yang mereka usahakan. (QS. 10 ayat 7-8)

Dan sesungguhnya benar-benar Kami telah mengisi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia. Untuk mereka ada hati, mereka tidak memahami ayat-ayat Allah. Dan untuk mereka ada mata, mereka tidak melihat ayat-ayat Allah. Dan untuk mereka ada telinga, mereka tidak mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itulah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. 7 ayat 179)


APA SALAH SAYA?


Lazimnya apabila terjadi suatu bencana atau kesusahan yang tidak kita inginkan, kita akan mengatakan “apa salah saya” sebagai tindakan protes terhadap keadaan karena selama ini kita mengganggap telah melakukan banyak kebaikan. Coba simak ayat-ayat di bawah ini! Masihkah kita bertanya pertanyaan seperti itu?

Dan sekiranya Allah menyiksa manusia karena apa yang mereka usahakan, Dia tidak meninggalkan satu mahlukpun yang melata di atas permukaan bumi dan akan tetapi Dia menunda hingga batas waktu yang ditentukan. Maka apabila datang batas waktu mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Melihat dengan hamba-hamba-Nya. (QS. 35 ayat 45)
Dan sekiranya Allah menyiksa manusia karena kezhaliman mereka, Dia tidak meninggalkan satu mahlukpun yang melata di atasnya dan akan tetapi Dia menunda hingga batas waktu yang ditentukan. Maka apabila datang batas waktu mereka, mereka tidak dapat memundurkan sesaatpun dan tidak dapat memajukan. (QS. 16 ayat 61)


Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka karena apa yang telah diusahakan oleh tanganmu dan Allah memaafkan kebanyakan (kesalahanmu). Dan kamu tidak dapat melepaskan diri di muka bumi dan tidak ada untukmu wali selain Allah dan tidak pula penolong. (QS. 42 ayat 30-31)

Jadikanlah segala bencana yang datang sebagai isyarat dan teguran dari Allah bahwa kita harus kembali banyak mengingat Allah dan memperbaiki kesalahan-kesalahan kita. Bukan mengeluh atau menyesali keadaan yang telah terjadi. Karena hanya sebahagian kecil dosa yang ditegur oleh Allah sedangkan sebahagian besarnya dimaafkan olehNya. Jangan lagi bertanya “apa salah saya”, karena apabila Allah hendak menghukum karena kesalahan kita, mungkin kita sudah tidak ada di dunia ini dan juga yang lainnya. Puji itu bagi Allah atas segala Kebaikan dan Kemurahan hatiNya!



BEBERAPA AYAT TEGURAN DARI ALLAH BERUPA PERISTIWA


GUNUNG MELETUS, TEROR BOM, TANAH LONGSOR, BANJIR, LUMPUR LAPINDO


Maka masing-masing Kami siksa karena kesalahannya. Maka di antara mereka ada yang Kami kirimkan atasnya hujan batu kerikil, dan di antara mereka ada yang Kami siksa dengan suara yang keras, dan dari mereka ada yang kami benamkan bumi bersamanya, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan. (QS. 29 ayat 40)

HUJAN BATU KERIKIL --> GUNUNG MELETUS
SUARA YANG KERAS --> BOM
TERBENAM DI BUMI
--> LONGSOR
TENGGELAM
--> BANJIR

Demi umur engkau (Muhammad), sesungguhnya mereka benar-benar kebingungan di dalam kemabukan (kesesatan) mereka. Lalu suara yang keras menimpa mereka waktu pagi. Lalu Kami menjadikan bagian atasnya menjadi bagian bawahnya (terbalik). Dan Kami hujani atas mereka dengan batu-batu dari sijjil. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ayat bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda. Dan sesungguhnya tempat itu berada di jalan pemukiman. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ayat bagi orang-orang yang beriman. (QS. 15 ayat 72-77)

SUARA YANG KERAS --> BOM
YANG DI BAWAH PINDAH KE ATAS --> lumpur yang tadinya di bawah naik ke atas, dan yang di atas turun ke bawah --> LUMPUR LAPINDO

HUJAN BATU KERIKIL --> GUNUNG MELETUS


KELAPARAN DAN KETAKUTAN

Dan Allah membuat contoh sebuah negeri yang dahulunya aman, tenteram yang rezkinya datang dari tempat mana saja, karena mengingkari nikmat-nikmat Allah, maka Allah merasakan kepada negeri itu pakaian kelaparan dan ketakutan karena apa yang telah mereka perbuat. (QS. 6 ayat 112)


ANGIN YANG SANGAT KENCANG

Kaum ‘Aad telah mendustakan. Maka (lihatlah) bagaimana azab-Ku dan peringatan-Ku! Sesungguhnya Kami telah mengirim atas mereka angin yang sangat kencang pada hari yang naas terus menerus, yang melempar manusia seakan-akan mereka pohon kurma tua yang tumbang. Maka (lihatlah) bagaimana azab-Ku dan peringatan-Ku! Dan sesungguhnya banar-benar Kami telah memudahkan Al Qur’an untuk peringatan, maka adakah yang mau mendalaminya? (QS. 54 ayat 18-22)


ANGIN MEMBAWA API (KEBAKARAN)

Apakah salah seorang dari kamu menginginkan ada baginya kebun kurma dan anggur yang mengalir Dari bawahnya sungai-sungai. Untuknya di dalamnya segala buah-buahan dan masa tua mendatanginya sedang baginya keturunan yang lemah, lalu menimpa kebun itu angin kencang yang di dalamnya ada api, maka dia terbakar. Seperti itulah Allah menjelaskan ayat-ayat itu untukmu agar kamu berfikir. (QS. 2 ayat 266)


GEMPA, DAN LAIN-LAIN

Bencana yang sedang melanda dan menjadi pusat perbincangan di Indonesia adalah GEMPA. Dan hebatnya, kejadian gempa dapat menimbulkan bencana-bencana lain seperti: gunung meletus, ledakan keras, tanah longsor, banjir, kebakaran, dan sebagainya. Apabila suatu daerah sering terjadi gempa, maka bencana-bencana yang lain akan terjadi pula.


GEMPA


Gempa di dalam bahasa Arab disebut sebagai rajpa mashdar dari kata rajapa atau zalzalah mashdar dari kata zalzala. Namun Al Qur’an menyebut kata rajapa sebagai gempa siksaan bagi kaum yang mengingkari para rasul dan kebenaran ayat-ayat Allah yang dibawa oleh mereka.

Ada sebanyak 7 (tujuh) ayat menyebut kata yang berasal dari tashrif rajapa (gempa) satu di antaranya adalah kiasan. (QS. 73 ayat 14, 79 ayat 6, 7 ayat 78, 7 ayat 91, 7 ayat 155, 29 ayat 37 dan kiasan 33 ayat 60)

Ada tiga orang Nabi dan Rasul yang diceritakan di dalam Al Qur’an yang mengalami kejadian tersebut, yaitu:

1. Shaleh

2. Syu’aib

3. Musa



SHALEH


Al Qur’an menyebut kata Nabi Shaleh sebanyak 9 kali (QS. 7 ayat 77, 11 ayat 62, 89, 26 ayat 142, 7 ayat 73, 75, 11 ayat 61, 66, 27 ayat 45). Shaleh adalah seorang rasul untuk Kaum Tsamud yang mengajak beribadah kepada Allah dan bertaqwa kepada-Nya. Allah menjadikan unta betina sebagai suatu bukti yang terang dan melarang kaum Nabi Shaleh untuk mengganggu unta itu makan dan minum di bumi Allah. Tetapi kaumnya malah membunuh unta itu serta berlaku sombong terhadap perintah Allah. Mereka lebih menyukai berada dalam kebutaan dan kesesatan daripada menerima petunjuk Allah, maka Allah menyiksa mereka dengan suara yang keras dan gempa. Lalu mereka semua mati dan menjadi mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka.

Kesimpulannya:

Karena mereka tidak mau menerima petunjuk Allah dan lebih suka berada dalam agama nenek moyang mereka, menolak seruan orang kepada petunjuk itu dan menyakiti yang membawanya, maka terjadilah gempa


SYU’AIB


Al Qur’an menyebut kata Syu’aib sebanyak 11 kali (QS. 7 ayat 88, 11 ayat 87, 91, 26 ayat 177, 7 ayat 85, 90, 92, 11 ayat 84, 94, 29 ayat 36). Syu’aib adalah seorang Rasul untuk penduduk Madyan yang mengajak beribadah kepada Allah dan bertaqwa kepadaNya, membawa keterangan-keterangan dari Allah, menyempurnakan takaran dan timbangan, jangan merugikan hak orang lain, jangan berbuat kerusakan, jangan mengintimidasi dan menghalang-halangi orang untuk beriman terhadap kebenaran, dan membuat jalan Allah itu menjadi bengkok. Tetapi kaumnya menolak seruan Nabi Syu’aib, bersikap sombong, malah hendak mengusir Syu’aib serta orang-orang yang beriman kepadanya, maka Allah menyiksa mereka dengan gempa. Lalu mereka semua mati dan menjadi mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka.

Kesimpulannya:

Karena mereka menolak diajak beribadah kepada Allah, menolak diajak jujur dalam berdagang, menolak diajak untuk tidak merugikan hak orang lain (korupsi), memusuhi orang yang mengajak kepada kebenaran bahkan mengusirnya, maka terjadilah gempa.


MUSA


Al Qur’an menyebut nama Musa sebanyak 136 kali, 129 ayat, dan 34 surat. Di antara semua hamba pilihan Allah, Musa lah yang paling banyak disebutkan di dalam Al Qur’an (QS. 2 ayat 51, 53, 54, 55, 60, 61, 67, 87, 92, 108, 136, 246, 248, 3 ayat 84, 4 ayat 153, 164, 5 ayat 20, 22, 24, 6 ayat 84, 91, 154, 7 ayat 103, 104, 115, 117, 122, 127, 128, 131, 134, 138, 142, 143, 144, 148, 150, 154, 155, 159, 160, 10 ayat 75, 77, 80, 81, 83, 84, 87, 88, 11 ayat 17, 96, 110, 14 ayat 5, 6, 8, 17 ayat 2, 101, 18 ayat 60, 66, 19 ayat 51, 20 ayat 9, 11, 17, 19, 36, 40, 49, 57, 61, 65, 67, 70, 77, 83, 86, 88, 91, 21 ayat 48, 22 ayat 44, 23 ayat 45, 49, 25 ayat 35, 26 ayat 10, 43, 45, 48, 52, 61, 63, 65, 27 ayat 7, 9, 10, 28 ayat 3, 7, 10, 15, 18, 19, 20, 29, 30, 31, 36, 37, 38, 43, 44, 48, 76, 29 ayat 39, 32 ayat 23, 33 ayat 7, 69, 37 ayat 114, 120, 40 ayat 23, 26, 27, 37, 53, 41 ayat 45, 42 ayat 13, 43 ayat 46, 46 ayat 12, 30, 51 ayat 38, 53 ayat 36, 61 ayat 5, 79 ayat 15, 87 ayat 19). Musa adalah seorang Rasul untuk Bani Israil yang mengajak beribadah kepada Allah dan bertaqwa kepadaNya, membawa keterangan-keterangan dari Allah. Tetapi kaumnya yang telah berkali-kali diperlihatkan kebesaran Allah, berupa Allah memenuhi segala permintaan mereka, menyelamatkan mereka dari Fir’aun dan menghilangkan berbagai siksaan yang menimpa mereka, malah ingin mencari Tuhan selain Allah dan ingin sekali melihat wajah Tuhan, sampai-sampai mereka membuat Tuhan berupa ‘ijla, maka setelah itu terjadilah gempa

Kesimpulannya:

Karena kaumnya tidak pernah mengerti hakekat Tuhan dan Islam yang diajarkan oleh Musa, selalu banyak meminta dan ingin permintaan mereka langsung dikabulkan (sama dengan ingin melihat wajah Tuhan) tidak mensyukuri segala pemberian Allah, dan mengambil ‘ijla (anak sapi yang dibuat dari perhiasan emas dan perak) sebagai Tuhan, maka terjadilah gempa

Setelah melihat beberapa kejadian gempa yang menimpa orang-orang dahulu, maka hal itu sebagai sunatullah akan terjadi pada kaum yang datang kemudian dengan sebab beberapa hal seperti di atas yaitu:

Beragama Islam ikut-ikutan, dan ketika dikenalkan serta diajak kepada kebenaran Islam, mereka menolak bahkan memusuhi dan menyakiti orang yang membawanya
Melakukan kecurangan dalam berdagang dengan mengurangi takaran dan timbangan
Melakukan korupsi dan merugikan hak-hak orang lain
Tidak menyampaikan kebenaran dan banyak kebohongan di dalam beragama Islam
Beragama ingin yang mudah dan cepat dengan banyak berteriak dan meminta serta tidak bersyukur atas apa yang Allah berikan.
‘Ijla di dalam bahasa Arab bukan hanya berarti anak sapi melainkan “cepat-cepat atau segera atau dalam arti lain dikatakan ’aajilah atau dunia”.

Menjadikan ‘ijla sebagai Tuhan artinya segala sesuatu yang dia kerjakan buat Allah (ibadah) selalu berharapan materi yang sama dengan dunia seperti: bahagia, kekayaan, pahala, sehat, kesenangan, dan lain-lain. Pengabdian yang dia kerjakan yang seharusnya ikhlas tanpa harapan apapun, hanyalah sifatnya angan-angan dan prasangka

Apabila waktu-waktu gempa yang terjadi belakangan ini tertulis di dalam Al Qur’an, maka sudah waktunya umat Islam untuk segera kembali kepada Al Qur’an untuk menghindari bencana-bencana yang lebih besar yang kelak akan terjadi seperti firman Allah:

Dan tidaklah Kami memperlihatkan kepada mereka suatu ayat (tanda kebesaran Allah), melainkan ayat (tanda kebesaran Allah) itu lebih besar dari sebelumnya. Dan Kami timpakan kepada mereka siksa itu agar mereka kembali. (QS. 43 ayat 48)

Telah nyata kerusakan di darat dan di laut karena apa yang telah diperbuat tangan-tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian yang mereka telah kerjakan agar mereka kembali. (QS. 30 ayat 41)

Sesungguhnya benar-benar Kami telah menurunkan kepadamu satu Kitab di dalamnya peringatan untukmu. Maka tidakkah menggunakan akal? Dan berapa banyak Kami telah merapuhkan dari suatu negeri yang penduduknya zhalim dan Kami telah menciptakan sesudahnya satu kaum yang lain. Maka tatkala mereka merasakan siksaan Kami, ketika itu mereka melarikan diri daripadanya. Janganlah kamu melarikan diri dan kembalilah kamu kepada apa yang dimewahkan kamu padanya dan tempat-tempat tenangmu, agar kamu ditanya. Mereka berkata: “Oh celakalah kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zhalim”. Maka tidaklah senantiasa itulah seruan mereka, sehingga Kami menjadikan mereka yang dituai, yang padam (mati). (QS. 21 ayat 10-15)


Gempa Tsunami juga disebutkan di dalam Al Qur’an dengan nama berbeda tetapi sama. Hal itu juga disebabkan karena kekufuran banyak terjadi di sepanjang pantai, di mana keberhalaan lahir pada kehidupan duniawi maupun ukhrawi mereka. Kemusyrikan di dalam beragama seperti pemberian sesajen ke laut dengan upacara tertentu yang merupakan peninggalan animisme dan dinamisme yang disinkretisasi dengan Islam dan menjadi tradisi (turats) turun temurun dan masih dilakukan oleh umat Islam hingga kini juga banyak kemaksiatan terjadi di sana sehingga menyebabkan siksaan Allah terjadi. Allah telah memberikan waktu yang panjang buat kita untuk memperbaiki diri dan beragama seperti yang Allah ridhai yaitu berdasarkan Kitab Al Qur’an mereka. Mungkin waktu itu telah habis dan mungkin Allah masih menunggu kita, wallahu ‘alam.

TSUNAMI


ALLAH MENDATANGI BUMI DAN MENGURANGI DARI TEPI-TEPINYA

Dan apakah mereka tidak melihat, sesungguhnya Kami mendatangi bumi menguranginya dari tepi-tepinya? Dan Allah menghukum, tidak ada yang menggantikan bagi hukum-Nya. Dan Dia sangat cepat hisab-Nya. (QS. 13 ayat 41)


NEGERI AKAN AMAN BILA JAUH DARI BERHALA

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: “Ya Rabbku, jadikanlah negeri ini aman dan jauhilah aku dan anak-anakku dari mengabdi kepada berhala-berhala. (QS. 14 ayat 35)


SETELAH MENYEBERANGI LAUT, KAUM MUSA MEMINTA BERHALA

Dan Kami telah menyeberangkan Bani Israil di laut itu, maka mereka datang atas satu kaum yang mereka beritikaaf atas berhala-berhala kepunyaan mereka. Mereka berkata: “Hai Musa, jadikanlah untuk kami tuhan-tuhan sebagaimana tuhan-tuhan kepunyaan mereka”. Dia (Musa) berkata: “Sesungguhnya kamu adalah kaum yang bodoh”. (QS. 7 ayat 138)


Setiap saat Allah memanggil kita untuk menyisihkan waktu sejenak untuk kembali menemui-Nya, baik ketika shalat maupun membaca dan mengkaji isi Al Qur’an. Seandainya kita mengabaikan panggilan tersebut dan tenggelam dalam kesibukan kita dengan keduniawian, maka kelak Allah yang akan datang ke tempat kita. Ketika Allah mendatangi tempat kita, maka Allah akan mengurangi dari tepi-tepinya. Hal itu pertanda bahwa siksa dari Allah akan datang, apabila datang ke tepi pantai, maka akan terjadi Tsunami dan apabila datang ke tepi darat, maka akan terjadi longsor. Dan satu hal lagi, Indonesia adalah Negara Maritim, Negara yang mempunyai garis pantai yang panjang. Mudah sekali kan bagi Allah untuk menenggelamkan Negara Indonesia?

Tsunami berasal dari bahasa jepang bukan dari bahasa Arab. Nama bencana yang datang dari tepi laut itu tidak disebutkan di dalam Al Qur’an, tetapi akibat yang ditimbulkannya diceritakan seperti gempa, banjir, dan tanah longsor. Namun demikian, ada yang menarik tentang nama itu apabila dikaitkan dengan tempatnya yaitu tepi laut pada surat 7 ayat 138 di atas. Ketika Bani Israil telah menyeberangi lautan, mereka melihat suatu kaum sedang menyembah berhala. Berhala itu disebutkan dengan nama ashnaam jamak dari kata shanamun.
Shanamun artinya berhala dan ashnaamun artinya berhala-berhala. Kata itu terdiri dari tiga huruf, yaitu shad, nun, dan miim. Apabila kita memberi dhammah di atas shad, maka akan menjadi shu. Apabila kita memberi fathah di atas nun, maka akan menjadi na. dan apabila kita memberi kashrah di bawah miim, maka akan menjadi mi. Apabila kita gabungkan, maka akan menjadi shunami. Mirip bukan? Itu artinya, tsunami akan terjadi apabila kita menjadikan berhala, baik secara zhahir maupun bathin sebagai Tuhan selain Allah. Berhala secara zhahir adalah mahluk yang berbentuk bisa dikatakan juga kehidupan dunia. Berhala secara bathin adalah keegoisan yang besar di dalam diri kita yang selalu cenderung mengikuti hawa nafsu daripada kebenaran dari Tuhan.

Mari kita berfikir sejenak untuk bertanya kepada diri kita, bencana apalagi yang harus terjadi sehingga umat Islam mau menyadari kesalahannya; meninggalkan tradisi nenek moyangnya; tidak menuhankan nabinya, dirinya, pemimpinnya, dan alim ulamanya untuk segera menjadi muslim kaffah dengan cara kembali kepada Al Qur’an yang telah begitu ajaib membuktikan kesempurnaan isinya dengan cara mengupas perihal kehidupan manusia dari dahulu hingga sekarang? Tidak perlu takut salah dalam mengkaji isi Al Qur’an. Allah akan membimbing kita dalam memahaminya yang penting kita ikhlas untuk melaksanakan kebaikan yang diperintahkan di dalamnya.

Sebagai Negara timur dimana cahaya itu akan timbul, marilah kita segera mengintrospeksi diri kita masing-masing. Kenalilah cahaya itu dengan jelas sehingga nyata kebenaran (hak) dan kesalahan (bathil). Jadilah umat yang washatan yang menjadi saksi buat manusia sebagaimana rasul menjadi saksi buat kita (QS. 2 ayat 143). Sebagai bangsa pilihan Allah dan telah diberikan gelar sebagai muslim, berjihadlah dengan jihad yang benar, yaitu dengan melaksanakan perintah-perintah Allah dengan sungguh-sungguh dan menjauhi segala larangan-Nya (QS. 22 ayat 78). Jadilah bangsa yang cerdas yang selalu kritis dan hati-hati dalam menerima segala kebiasaan dengan mengembalikan kepada Al Qur’an karena muslim adalah RASYID (benar, cerdas, lurus) (QS. 72 ayat 14). Semoga kita termasuk ke dalam umat yang tadinya mati, lalu Allah menghidupkan dan memberikan cahaya, sehingga kita bisa jalan ke tengah-tengah manusia membawa cahaya itu (QS. 6 ayat 125).


CATATAN TAMBAHAN:

KEAJAIBAN ANGKA DELAPAN
BERKAITAN DENGAN GEMPA YANG TERJADI



Al Qur’an dalam sejarahnya diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan. Kalau dihitung, Ramadhan adalah bulan ke-9. Jadi, 17 + 9 = 26 = 8. Surat yang pertama kali turun adalah surat Al ‘Alaq dengan kata dasarnya adalah ‘Alaq. Ain, Lam, dan Qop, (18, 23, 21) 18 + 23 + 21 = 62 = 8 dan yang terakhir turun adalah Surat Almaaidah surat ke-5 dengan jumlah ayat 120, 5 + 120 = 125 = 8. Jumlah seluruh ayat-ayat Al Qur’an bukan 6666 seperti yang selama ini kita kira, melainkan 6236 ayat, dan pabila dihitung menjadi 6 + 2 + 3 + 6 = 17 = 8. Surat ke-1 adalah Al Faatihah dengan jumlah ayat 7, 1 + 7 = 8. Total Al Qur’an seluruhnya 30 Zuz, 114 Surat, dan 6236 ayat apabila kita jumlahkan menjadi 30 + 114 + 6236 = 6380 = 17 = 8.

Al Qur’an menyebutkan angka delapan sebanyak 8 kali yaitu, Kedelapan, Delapan, Delapan puluh, dan Seperdelapan.

1. “Tujuh orang dan yang ke-8 adalah anjing mereka” ( Surat 18 ayat 22)

2. “Bahwa kamu bekerja denganku 8 tahun” (Surat 28 ayat 27)

3. “8 yang berpasangan” (Surat 6 ayat 143)

4. “8 yang berpasangan” (Surat 39 ayat 6)

5. “7 malam dan 8 hari” (Surat 69 ayat 7)

6. “8 orang malaikat” (Surat 69 ayat 17)

7. “80 kali dera” (Surat An Nuur ayat 4)

8. “Maka bagi mereka 1/8 dari apa yang kamu tinggalkan” (Surat 4 ayat 12)


Jumlah huruf rajapa (gempa) berdasarkan urutannya itu sendiri adalah delapan (ra huruf ke-10, jim huruf ke-5, dan pa huruf ke-20 menjadi 10 + 5 + 20 = 35 = 8) sama dengan jumlah banyaknya nama itu disebutkan di dalam Al Qur’an, yaitu 8 kali.

Ketiga Nabi yang mengalami kejadian gempa yang diceritakan Al Qur’an mempunyai jumlah huruf yang sama pada akhirnya berdasarkan urutannya pada huruf Hijaiyah yaitu 8.


Shaleh
Shad (14)
Alif (1)
Lam (23)
Ha (6)
14 + 1 + 23 + 6 = 44 = 8

Syu’aib
Syin (13)
Ain (18)
Ya (29)
Ba (2)
13 + 18 + 29 + 2 = 62 = 8

Musa
Mim (24)
Wawu (26)
Sin (12)
24 + 26 + 12 = 62 = 8
Kata Musa, alif maqsurah di belakangnya ditiadakan.

Angka delapan juga adalah jumlah huruf dari kata Ardhi (bumi) Alif, Ra, dan Dhad (1, 10, 15), 1 + 1 + 0 + 1 + 5 = 8 dan jumlah arah mata angin yaitu, Timur, Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat, Barat Laut, Utara, Timur laut. Seperti yang kita telah ketahui, Allah menurunkan Al Qur’an untuk manusia di bumi. Kejadian-kejadian besar di bumi seperti kiamat dan kebangkitannya diceritakan di surat 39 ayat 68 (39 + 68 = 107 = 8) dan surat 14 ayat 48 (14 + 48 = 62 = 8).

Pada hari kiamat malaikat-malaikat berada disetiap penjuru dan 8 malaikat menjunjung Arsy surat 69 ayat 17 (memang jumlah surat dan ayat dijumlahkan tidak berjumlah delapan, tetapi jumlah zuz dan suratnya berjumlah delapan (Zuz 29 surat 69 menjadi 29 + 69 = 98 = 17 = 8).

Surat ke-99 Al Zalzalah (keguncangan) mempunyai 8 ayat. Apabila dijumlahkan 99 + 8 = 107 = 8

Apabila Nabi Shaleh, Nabi Syu’aib, dan Nabi Musa masing-masing berjumlah delapan sesuai dengan gempa yang terjadi pada zamannya. Lalu bagaimana dengan Nabi Muhammad?

Mari kita hitung!

Muhammad terdiri dari huruf Mim (24), Ha (6), Mim (24), dan Dal (8) bila dijumlahkan menjadi 24 + 6 + 24 + 8 = 62 = 8 dan Nama Muhammad adalah salah satu nama surat di dalam Al Qur’an terletak di Zuz 26, 2 + 6 = 8.

Apakah para pengikutnya juga akan mengalami bencana gempa seperti yang terjadi pada zaman Nabi Shaleh, Nabi Syu’aib, dan Nabi Musa? Wallahu ‘alam. Tetapi apa yang kita lihat, kita dengar, dan kita rasakan saat ini adalah bencana itu sedang terus mengintip kita sampai kita mau kembali kepada Al Qur’an dan mempelajari dan melaksanakan isinya.

Kita tidak bisa merubah taqdir yang akan terjadi, tetapi kita bisa merubah nasibnya. Gempa yang akan terjadi, tetap akan terjadi hanya saja efeknya Allah akan kurangi. Yang seharusnya menghancurkan bumi, Allah akan membuatnya seperti guncangan kecil seperti yang kita rasakan apabila terjadi gempa di tempat lain, kita hanya merasakan guncangannya, namun tidak menimbulkan kerusakan. Itu semua tergantung kita semua. Maukah kita kembali kepada Al Qur’an?

Maka mengapa tidak ada generasi-generasi sebelum kamu yang mempunyai keutamaan mencegah dari kerusakan di muka bumi kecuali sedikit dari orang-orang yang telah Kami selamatkan. Dan orang-orang yang zhalim mengikuti orang-orang yang hidup mewah sedang mereka adalah orang-orang yang berdosa. (QS. 11 ayat 116)

Kemudian Kami menyelamatkan rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman. Seperti itulah kewajiban atas Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman. (QS. 10 ayat 103)

Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa karena kemenangan mereka, mereka tidak disentuh keburukan (siksa) dan mereka tidak bersedih hati. (QS. 39 ayat 61)

Maka tatkala mereka melupakan apa yang diingatkan dengannya, Kami menyelamatkan orang-orang yang mencegah kejahatan dan Kami menyiksa orang-orang yang zhalim dengan siksaan yang keras karena mereka fasik. (QS. 7 ayat 165)

Dan sesungguhnya benar-benar Kami telah mengutus rasul-rasul sebelum engkau kepada kaum mereka, lalu mereka datang kepada kaum mereka dengan keterangan-keterangan, lalu Kami membalas perbuatan orang-orang yang berdosa. Dan adalah suatu kewajiban atas Kami menolong orang-orang yang beriman. (QS. 30 ayat 47)

Dan (ingatlah) ketika mereka (0rang kafir) berkata: “Jika Al Qur’an ini adalah kebenaran dari sisi Engkau, maka hujanilah atas kami batu-batu dari langit atau datangkanlah kami siksa yang pedih”. Dan Allah sekali-kali tidak akan menyiksa mereka sedang engkau (rasul) ada di tengah mereka. Dan sekali-kali Allah tidak akan menyiksa mereka sedang mereka meminta ampun. (QS. 8 ayat 32-33)


Allah akan menyelamatkan bumi ini, kalau masih ada orang yang selalu mengingatkan dengan kebenaran. Seandainya siksaan itu datang, maka Allah akan menyelamatkan orang yang selalu mengingatkan kebenaran dan yang mengikutinya.

Mari kita selamatkan bumi dengan menjadi muslim yang sebenarnya yang selalu mencari ampunan Allah yaitu kembali kepada Al Qur’an dengan mempelajari dan melaksanakan isinya!



Pujian itu kepunyaan Allah!

Tidak ada komentar: